REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Tim mahasiswa Jurusan Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) menciptakan roti tanpa bahan pengawet, namun bisa tahan lama melebihi daya tahan roti berbahan pengawet.
"Kami bersyukur, roti yang berbahan dasar tepung terigu, tepung bekatul, kacang tunggak (tolo), dan ragi kefir grains itu meraih juara favorit dalam PIMNAS XXV di UGM," kata anggota tim, Febriani Valentine, di Surabaya, Rabu (15/8).
Didampingi empat rekannya, Yuwono Njotowidjojo, Prilla Linggaryani Suryaatmaja, Dewi Christanti Trisulo, dan Meliawati, ia menjelaskan roti yang diberi nama "Sourdough" atau roti asam itu bisa tahan lama karena ada bakteri asam laktat di dalamnya.
"Kalau roti berbahan pengawet itu bisa bertahan hingga tiga hari, namun roti buatan kami bisa bertahan hingga 5-6 hari, karena bahan-bahan yang ada mengandung rasa asam dan ada bakteri asam laktat di dalamnya," katanya.
Tentang cara pembuatannya pun mudah, karena semua bahan diaduk dengan "mixer", lalu didiamkan selama belasan jam. "Kalau dengan ragi kefir grains perlu waktu 12 jam untuk bisa mengembang, sedangkan kalau dengan ragi impor dari AS perlu 16 jam," katanya.
Namun, roti Sourdough itu tidak bisa mengembang terlalu besar. "Hasil uji coba kami menemukan perbandingan tepung terigu, tepung bekatul, dan kacang tunggak (kacang beras/tolo) yang ideal adalah 8:1:1," katanya.
Ditanya keunggulan roti asam ciptaan mereka, ia mengatakan tahan lama hingga 5-6 hari, berbahan alami asli Indonesia yakni kacang tunggak, dan kaya gizi.
"Kalau kadar protein untuk roti pada umumnya sekitar 15 persen, maka roti sourdough memiliki kadar protein hingga 17,03 persen. Seratnya juga lebih tinggi yakni 5,5 persen, sedangkan roti pada umumnya hanya dua persen seratnya. Lemaknya juga rendah karena ada tepung bekatul di dalamnya," katanya.