REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Kota-kota besar di dunia Barat perlu mencontoh kota kecil di pinggiran Paris, Bussy-Saint-Georges (BSG). Di kota ini, tiga agama besar hidup berdampingan dengan harmonis.
Bussy merupakan kota baru yang berdiri tahun 1960-an. Dibentuk untuk mengurangi kepadatan kota besar, lebih setengah dari populasi Bussy yang berjumlah 25 ribu adalah imigran.
"Sekitar 40 persen imigran asal Asia," ungkap Walikota Bussy, Hugues Rondeau, seperti dikutip reuters.com, Rabu (22/8).
Guna memfasilitasi keberagamaan dalam masyarakat Bussy, pemerintah lokal menyiapkan tanah khusus bagi tempat peribadatan warga.
Pemerintah dirikan masjid, gereja, sinagoga dan tempat ibadah lain dalam satu kompleks. "Kami berupaya untuk meruntuhkan penghalang antarumat beragama," imbuh Rondeau.
Rondeau mengatakan pembangunan kompleks peribadatan terpadu akan memainkan peranan strategis, yakni tidak memberikan kesempatan kepada kelompok garis keras atau sayap kanan untuk menyerang orang-orang yang tengah beribadah di jalan-jalan. "Bussy tidak memiliki sejarah kekerasan ini yang harus kami jaga," kata dia.