REPUBLIKA.CO.ID, Ahmad Sanusi adalah tokoh Partai Sarekat Islam (SI) dan pendiri Al-Ittihadiat Al-Islamiyah.
Ia dilahirkan di Kewedanan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat pada 1888, dan wafat di Pesantren Gunung Puyuh, Sukabumi pada 1950.
Ada pula yang menyebutkan, dia dilahirkan pada 18 September 1889 Masehi, atau bertepatan dengan 3 Muharram 1306 H. Ayahnya, KH Abdurrahim, adalah tokoh masyarakat dan pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.
Sejak kecil Sanusi belajar ilmu agama dari ayahnya sampai ia berusia 15 tahun. Selanjutnya, ia belajar ke beberapa pondok pesantren di Jawa Barat selama kurang lebih enam tahun.
Setelah menamatkan pendidikannya di pondok pesantren, Ahmad Sanusi memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk membantu mengajar di pesantren ayahnya.
Pada 1904, Ahmad Sanusi berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama. Namun, sumber lain menyebutkan, pada 1908, ia pergi ke Makkah bersama istri yang baru saja dinikahinya untuk menunaikan ibadah haji.
Setelah musim haji berakhir, ia tidak kembali ke kampung halamannya, melainkan memutuskan untuk bermukim di Makkah untuk beberapa waktu lamanya.
Saat bermukim di Tanah Suci ini, Ahmad Sanusi banyak membaca tulisan-tulisan para tokoh pembaru Muslim, seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Pada 1913, saat masih di Makkah, KH Ahmad Sanusi diajak untuk bergabung dengan SI dan resmi menjadi anggotanya.
Pada 1915, Sanusi kembali ke kampung halamannya dan membantu ayahnya membina Pesantren Cantayan, dengan mengajar di sana selama kurang lebih tiga tahun sambil membina para ulama setempat.
Kemudian pada 1922, KH Ahmad Sanusi membangun pesantren baru bernama Pesantren Genteng Babakan Sirna sebagai pengembangan pesantren ayahnya di kaki Gunung Rumphin sebelah barat Kota Sukabumi.