REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON--Tidak mudah bagi Muslim Hamilton, Selandia Baru membuat kehadiran masjid diterima masyarakat. Rangkaian intimidasi kerap menyasar ke masjid yang mereka bangun susah payah.
Mereka tidak berdiam diri, mereka buka pintu masjid selebar-lebarnya sehingga memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk berdialog. "Sebelumnya, berbagai botol minuman keras dilempar begitu saja di sekitar masjid," papar Presiden Asosiasi Muslim Waikato, Ismail Gamadid seperti dikutip onislam.net, Ahad (2/8).
Setelah masjid membuka diri, serangan intimidasi berangsur-angsur menghilang. Banyak warga lokal yang mengunjungi masjid untuk mengetahui informasi tentang Islam dan Muslim. Sabtu lalu misalnya, masjid ini secara terbuka meminta izin kepada masyarakat untuk memperluas bangunan masjid yang mulai tak sanggup menampung jamaah.
Menurut Gamadid niatan itu sengaja diutarakan sehingga masyarakat tahu apa yang dilakukan komunitas muslim. Apalagi muslim adalah bagian dari masyarakat Hamilton. "Tentu, kami harus menyampaikan masalah ini kepada mereka. Sejauh ini, mereka setuju, dan pembangunan akan dilakukan Oktober," kata dia.
Delapan tahun bekerja keras agar mendapatkan pengakuan, membuat Muslim Hamilton tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mempromosikan ajaran Islam. "Pencapaian ini luar biasa. Delapan tahun lalu, kami melihat mereka benar-benar tidak tahu, " kata dia.
Gamadid mengungkap awalnya mereka hanya berpikir masjid adalah tempat seorang Muslim membuat bom. Namun, ketika mereka datang melihat sendiri aktivitas masjid, muncul kesadaran bahwa Islam itu cinta damai. "Pengalaman itu yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat Selandia Baru," pungkasnya.