REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Semburan debu vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) mulai memasuki rumah-rumah warga di kota Bandar Lampung, Senin (3/9). Debu halus ini mengendap di luar dan dalam rumah ditiup angin kencang.
Pemantauan di lapangan, Senin (3/9), di bagian dalam dan luar rumah warga diselimuti debu setebal dua sentimeter. Jemuran warga penuh dengan debu berwarna abu-abu. Sementara para pejalan kaki dan pengendara motor terpaksa menggunakan masker dan kacamata.
Menurut Warda, ibu rumah tangga tinggal di Segala Mider, Bandar Lampung, sejak Subuh hingga siang, debu vulkanik GAK setebal dua sentimeter merata di teras rumahnya. "Saya terkejut kenapa teras debunya banyak dan tinggi bener," ujar ibu tiga anak.
Sementara anak-anak SD hingga SMA di Bandar Lampung sudah mendapat peringatan kepala sekolah dan gurunya untuk memakai masker dan tidak mengkonsumsi makanan terbuka di pinggir jalan. "Kata Bu Guru, di luar banyak debu gunung Krakatau, jadi jangan sembarang jajan," kata Alfi, siswi SMP negeri di Kemiling.
Sejak sepekan terakhir, angin kencang terus terjadi wilayah Lampung terutama pada petang dan malam hari. Letusan GAK terjadi Ahad (2/9) malam, mengeluarkan semburan debu vulkanik lalu dibawa angin kencang baru sampai di kota Bandar Lampung, Senin (3/9) pagi.
Jarak GAK di tengah perairan Selat Sunda hingga kota Bandar Lampung sekitar 250 kilometer. Saat ini kondisi GAK masih berstatus Waspada sejak tahun 2007. Warga, nelayan, dan wisatawan dilarang mendekat wilayah GAK dengan radius satu kilometer.