REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi pengungsi warga komunitas syiah Sampang yang menjadi korban kekerasan pada 26 Agustus 2012 memburuk. Para korban yang ditempatkan oleh pemerintah di Gedung Olah Raga Kabupaten Sampang tidak mendapat fasilitas yang memadai. Akibatnya banyak pengungsi yang jatuh sakit.
"Muhammad Muadz, koordinator relawan kemanusiaan yang mendampingi korban di GOR Sampang menyampaikan bahwa sejumlah 69 orang korban telah jatuh sakit," kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya, Andy Irfan, dalam keterangan tertulis Kontras yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Andy, korban yang jatuh sakit tersebut antara lain adalah sebanyak 20 orang dewasa dan lima anak-anak yang terdiagnosa terserang penyakit dermatitis venenata, lima orang usia lanjut menderita hipertensi, 16 anak-anak menderita infeksi saluran nafas atas.
Selain itu, lanjutnya, terdapat tujuh anak-anak menderita diare, tiga anak-anak menderita febris (panas selama satu hari, dan masih didiagnosa penyakitnya), tiga anak-anak sakit maag, dan 10 anak-anak sakit klinis anemia.
"Tidak adanya dokter yang 'stand by' (siap siaga), tidak adanya tenaga terapi, sedikitnya paramedis, seringnya pemberian makan yang terlambat, dan kebersihan yang buruk adalah penyebab utama puluhan korban telah jatuh sakit. Dan apabila kondisi GOR Sampang tidak diperbaiki sangat mungkin jumlah korban yang sakit akan bertambah," kata Andy.
Untuk itu Andy mengatakan pihaknya mendesak pemerintah menyediakan fasilitas yang lebih memadai bagi korban kekerasan tragedi Sampang, Madura, Jawa Timur. "Kontras Surabaya menuntut pemerintah memperbaiki fasilitas kesehatan, air bersih, kebersihan dan makanan bagi korban," ujarnya.
Kontras juga mendesak agar pemerintah melibatkan perwakilan korban untuk merumuskan penanganan dan perlindungan kepada korban, serta pemerintah pusat atau pemerintah provinsi Jatim mengambil alih penanganan korban.