REPUBLIKA.CO.ID, MALI -- Tentara Mali diduga telah membunuh 16 ulama dengan cara menembak mereka pada Sabtu (8/9). Mereka ditembak karena tidak mau berhenti saat diperiksa di pos militer di Diabaly, Segou, Mali. Pemerintah Mali mengatakan hingga kini pihaknya sedang menyelidiki kasus tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resmi pemerintah pada Ahad, (9/9), korban penembakan tersebut adalah delapan warga Mali dan delapan warga Mauritania. Hal ini sekaligus merevisi pernyataan sebelumnya yang menyebutkan korban terdiri dari 12 orang Mauritania, dua orang Pakistan, dan dua warga Mali.
Pemerintah Mali mengungkapkan rasa penyesalannya atas insiden tersebut. Pemerintah mengucapkan turut berduka cita kepada keluarga korban. Seperti dikutip dari voanews,tentara terpaksa menembak kelompok itu karena tidak berhenti saat diperiksa di pos militer. Saat kejadian tersebut, para ulama tengah berada di mobil. Mereka rencananya akan pergi ke sebuah konferensi di Bamako, Mali. Mereka juga tidak membawa senjata saat peristiwa itu.
Sementara itu, pemerintah mengeklaim bahwa ulama tersebut adalah anggota Sekte Dawa moderat. Sekte tersebut merupakan salah satu kelompok yang saat ini menguasai wilayah utara Mali.
Sebelumnya, pemerintah Mali sedang berada dalam status siaga, setelah kudeta dan kaum militan Islam berhasil menguasai utara negara itu. Pemerintah Mali berusaha merebut kembali wilayah tersebut dari pemberontak Ansar Dine dan kelompok lainnya. Ansar Dine sendiri adalah kelompok yang punya kaitan dengan Al-Qaidah. Pemimpinnya adalah bekas anggota Sekte Dawa.