Jumat 14 Sep 2012 08:05 WIB

JK Kisahkan Konversi Minyak Tanah ke Gas

  Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, memberikan sambutan saat mengadakan apel siaga lebaran di Markas Pusat PMI, Gatot Subroto, Jakarta, Senin (13/8).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, memberikan sambutan saat mengadakan apel siaga lebaran di Markas Pusat PMI, Gatot Subroto, Jakarta, Senin (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla menceritakan kesuksesan Pemerintah Indonesia melakukan konversi minyak tanah ke gas elpiji tiga kilogram. JK mengisahkan saat menjadi pembicara utama dalam 'World LP Gas Forum 25' di Nusa Dua, Kamis (13/9).

"Ada beberapa hal yang saya lakukan, pertama melakukan studi terhadap keuntungan dari konversi tersebut," kata Ketua PMI itu.

Kemudian dilakukannya penelitian terhadap masalah sosial akibat dampak peralihan minyak tanah ke gas elpiji. Penilitian perlu dilaksanakan karena pada awal rencana dilaksanakan konversi terdapat sekitar 50 juta rumah tangga miskin yang menggunakan bahan bakar tersebut.

"Hal yang selanjutnya saya lakukan adalah teknikalitas, yakni dengan mempelajarinya di rumah. Saya meminta pembantu rumah tangga untuk membandingkan penggunaan minyak tanah dengan gas. Setelah itu baru dilaksanakan penelitian di laboratorium," papar JK.

JK menuturkan masa yang sulit dari penerapan hal itu adalah saat awal konversi karena minyak tanah disubsidi pemerintah, sehingga harganya begitu murah. Pada saat itu harga minyak dunia melonjak tajam.

Semua berubah ketika harga minyak meningkat. Dalam pemikiran pemerintah kala itu, tidak akan menaikkan harga dan menyubsidi mereka.

Solusi yang diambil pemerintah pada saat itu adalah memperbaiki harga energi dan menaikkan harga minyak tanah. "Awal tahun 2006 kami berpikir subsidi sangat tinggi, 60 persen subsidi adalah untuk minyak tanah sehingga harga tak bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi. Kami pun akan mengubah minyak tanah, maksudnya adalah cara memasak 50 juta orang," ucap mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.

Akhirnya dibuatlah keputusan dengan tidak mengubah secara total penggunaan uang oleh masyarakat. "Maka dipelajari bagaimana cara masyarakat menghabiskan uangnya. Rata-rata mereka membeli lima sampai tujuh liter minyak tanah dalam satu minggu," kata JK.

Hal lain yang dipikirkan adalah berapa lama konversi itu bisa dilakukan. "Kami melakukan studi dan memutuskan membuat tabungnya yang sesuai untuk penggunaan tujuh liter mitan atau sama dengan tiga kilo elpiji. Ini sama dengan penggunaan satu minggu tapi harganya lebih murah. Kemudian kami mengkalkulasi 55 juta orang sehingga dibuat dua kali lipat tabung dan kompor," ujarnya.

Setelah semua tahapan itu dilalui, JK memikirkan bagaimana cara mengubah cara pandang masyarakat sehingga disampaikanlah jika peralihan itu gratis. Sampai sekarang telah berjalan dengan baik.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement