REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai upaya mempererat hubungan kemitraan, pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Islamic Development Bank (IDB) melakukan penandatanganan notta kesepahaman. Kemitraan ini juga semakin dipererat dengan pembukaan kantor perwakilan IDB di Indonesia.
Keduanya dilakukan untuk menjaring lebih banyak investor asing ke Indonesia. Seperti diketahui Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam menarik investor, terutama yang berasal dari negara-negara Islam.
CEO Corporation Islam untuk Pengembangan Sektor Swasta IDB, Khaled al Aboodi, mengungkapkan kerja sama ini diharapkan bisa menambah minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. "Dengan kerja sama ini IDB akan lebih terhubung dengan Indonesia," ujar Al Aboodi.
Dengan potensi yang ada IDB berupaya membawa investor untuk berinvestasi di sekto yang berbeda di Indonesia. IDB akan melihat dengan seksama kira-kira sektor apa saja yang baik dibiayai oleh investor.
Selain infrastruktur, IDB juga tertarik dengan sektor perbankan di Indonesia. Seperti diketahui IDB memiliki sebagian saham di Bank Muamalat. IDB tertarik untuk melakukan hal yang sama di bank lain alih-alih mendirikan sebuah bank.
IDB Group sendiri memiliki program yang akan dilaksanakan sepanjang tahun dengan total investasi sebesar 3,3 miliar dolar. Tetapi al Aboodi mengakui IDB belum akan menargetkan nilai investasi. Hal ini baru dapat dilakukan di tahun mendatang setelah kantor perwakilan IDB berdiri di Indonesia "Insyaallah setekah kantor perwakilan efektif di Indonesia," kata dia.
Sebelumnya Presiden IDB, Ahmed Mohammed Ali Al Madani, mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia meyakini masa depan ekonomi Indonesia akan lebih cerah dari saat ini.
IDB juga mendukung pengembangan microfinance di Indonesia. IDB akan berupaya membantu melalui edukasi terkait pekerjaan di sektor tersebut. "Kami memiliki program edukasi yang berhubungan dengan pekerjaan di bidang tersebut," ujar Ali akhir pekan lalu.
Ketua BKPM, Chatib Basri, mengungkapkan IDB sangat tertarik dengan perkembangan ekonomi di Indonesia. Terlebih di perkembangan kelas menengah. Chatib berharap IDB akan mengajak investor menanamkan uangnya di sektor yang kebutuhan impornya kecil sehingga membantu neraca perdagangan Indonesia.
"Meraka punya kapasitas pembiayaaan 3,3 miliar dolar dan di Indonesia baru sekitar 7 juta dolar," kata Chatib.
Seperti halnya IDB, pemerintah belum menargetkan angka investasi yang akan diperoleh melalui kerja sama ini. Usai penandatanganan kerja sama, selanjutnya akan dilakukan pertukaran informasi agar negara anggota IDB lebih mengenai iklim investasi di Indonesia.