Kamis 27 Sep 2012 21:23 WIB

Mugabe: Kematian Qaddafi Sama Menyedihkan dengan Dubes AS di Libya

 Fahd al-Bakoush, a freelance videographer, 22, shows a video he took of the body of U.S. Ambassador Chris Stevens being carried out of a small dark room in the U.S. consulate in Benghazi, during an interview with the Associated Press, in Benghazi, Libya,
Foto: AP/Mohammad Hannon
Fahd al-Bakoush, a freelance videographer, 22, shows a video he took of the body of U.S. Ambassador Chris Stevens being carried out of a small dark room in the U.S. consulate in Benghazi, during an interview with the Associated Press, in Benghazi, Libya,

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Kematian pemimpin Libya, Muammar Qaddafi dianggap sama menyedihkannya dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya, Christopher Stevens. Pandangan itu disampaikan Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, Rabu (26/9) di mana ia juga mengecam pedas tindakan AS, PBB dan NATO.

Meski sempat beberapa kali tersandung kata, presiden berusia 13 tahun itu menuduh Amerika Serikat hanyalah berniat bisa menyedot minyak Iran segera ketika menyerbut negara itu pada 2003 dengan alasan salah bahwa negara itu memiliki senjata pemusnah massal.

Ia menyatakan Dewan Keamanan PB telah menyalahgunakan dirinya pada tahun lalu dengan membolehkan "semua langkah diperlukan--sebuah bahasa diplomatik--termasuk campur tangan tentara demi dalih melindungi warga Libya. Langkah militer itulah, sebut Mugabe, yang akhirnya menggulingkan Qaddafi dan membuat hidupnya berakhir di tangan pemberontak.

Saat berbicara dengan nada ironi yang disengaja, Mugabe membuka pidato di Majelis Umum PBB dengan memuji sebagai pidato "paling bersinar dan paling menggetarkan" Presiden AS Barack Obama pada Selasa, yang menyesali kematian Stevens.

Stevens dan tiga warga lain Amerika Serikat tewas dalam insiden yang disebut Washington serangan "teroris" terhadap wakil AS di Benghazi pada 11 September. Serangan itu memaksa pengungsian petugas AS dari kota timur itu, pusat gerakan pemberontak Libya.

"Saya yakin kita semua tergetar, kita semua setuju, bahwa itu kematian menyedihkan dan kita mengutuknya," kata Mugabe, yang memerintah Zimbabwe sejak merdeka dari Inggris pada 1980 dan di antara pemimpin terlama di Afrika.

"Seperti kita dalam semangat bergabung dengan Amerika Serikat mengutuk kematian itu, akankah Amerika Serikat juga bergabung dengan kita dalam mengutuk kematian keji kepala negara Libya, Qaddafi? Itu kehilangan, kehilangan besar, bagi Afrika, kehilangan menyedihkan bagi Afrika," katanya.

Pemimpin Zimbabwe itu menuduh Amerika Serikat dan Persekutuan Pertahanan Atlantik Utara (NATO), ke-28 anggota persekutuan keamanan Barat, bertindak dengan alasan palsu saat membantu pemberontak Libya mengalahkan pasukan Qaddafi.

"Tugas itu ketat untuk melindungi warga, tapi menjadi perburuan, perburuan keji, atas Gaddafi dan keluarganya," kata Mugabe. "Dalam cara sangat tidak jujur, "Kita sekarang melihat Bab 7 digunakan sebagai senjata untuk mengusir seluruh keluarga."

Bab 7 Piagam PBB memungkinkan Dewan Keamanan memberi kewenangan tindakan mulai dari hukuman diplomatik dan ekonomi hingga campur tangan tentara."Jadi, kematian Gaddafi harus dilihat dengan cara sama menyedihkan seperti kematian Chris Stevens. Kami mengutuk keduanya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement