Ahad 07 Oct 2012 12:20 WIB

Saudi-Qatar Batasi Bantuan Senjata ke Oposisi Suriah

Gedung-gedung di dekat Lapangan Saadallah al-Jabri kota Aleppo, Suriah hancur akibat ledakan bom hari Rabu (3/10).
Foto: AP
Gedung-gedung di dekat Lapangan Saadallah al-Jabri kota Aleppo, Suriah hancur akibat ledakan bom hari Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Arab Saudi dan Qatar menghentikan pengiriman senjata berat kepada oposisi Suriah yang dapat menimbulkan peningkatan perang. Menurut surat kabar The New York Times, Sabtu (6/10), hal itu dilakukan atas desakan Amerika Serikat (AS).

Tanpa senjata berat, tulis laporan itu, oposisi hanya dapat mempertahankan gerak maju pasukan keamanan Bashar al-Assad, yang memiliki senjata lebih baik. Bantuan senjata itu, kemungkinan akan memperpanjang perang yang dimulai hampir 19 bulan lalu yang telah menewaskan lebih dari 31.000 orang itu.

Para pejabat Arab Saudi dan Qatar mengemukakan kepada surat kabar itu bahwa mereka mengharapkan dapat meyakinkan AS, yang khawatir rudal-rudal yang ditembakan dari bahu dan senjata-senjata berat lain bisa jatuh ke tangan teroris. Menurut kedua negara tersebut, kekhawatiran ini dapat diatasi.

"Kami sedang mencari jalan untuk mecegah senjata tipe ini jatuh ke tangan pihak yang salah," kata seorang pejabat Arab.

Menteri Luar Negeri Qatar Khaled al-Attiyah mengatakan, "Anda dapat memberikan senapan-senapan AK kepada pemberontak, tetapi anda tidak dapat menghentikan serangan militer pemerintah Suriah dengan senapan-senapan itu."

Ia menyampaikan dukungan bagi pemberian senjata-senjata lebih berat kepada oposisi, tetapi menambahkan, "Pertama kita memerlukan dukungan dari AS, dan lebih baik lagi dari PBB."

Menteri-menteri Arab sedang merencanakan pembentukan satu pasukan perdamaian Arab di Suriah, tetapi Dewan Keamanan PBB mengalami kebuntuan menyangkut konflik itu. Rusia, sekutu utama Bashar, dan Cina memveto tiga resolusi PBB yang dapat mengenakan sanksi-sanksi terhadap Damaskus.

Surat kabar itu memberitakan bahwa Arab Saudi dan Qatar telah memberikan bantuan uang dan senjata-senjata ringan kepada oposisi selama beberapa bulan. Pemerintah Presiden Barack Obama, yang tidak ingin meningkatkan dukungannya kepada oposisi dalam satu tahun pemilihan, lebih mendukung bantuan logistik.

Gerilyawan Suriah di perbatasan Suriah-Turki mengemukakan kepada The Times bahwa pemasok utama senjata-sejata Riyadh adalah Anggota Parlemen Lebanon, Okab Sakr, dari koalisi politik mantan perdana menteri Saad Hariri, sekutu penting Arab Saudi di Lebanon.

"Jumlah senjata itu tidak banyak," kata seorang komandan gerilyawan yang hanya menyebut namanya Maysara. "Mereka mengirim senjata sekali dalam beberapa pekan." Maysara mengatakan pemerintah Arab Saudi tampaknya berniat akan memberikan bantuan keuangan kepada kelompok-kelompok yang lebih sekuler, sementara Doha nampakya lebih dekat dengan kelompok Ikhwanul Muslimin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement