REPUBLIKA.CO.ID, Ini pemikiran awam yang tidak perlu dibicarakan. Kitab-kitab itu berisi riwayat yang baik dan buruk, benar dan salah, shahih dan palsu dan dibuat-buat.
Peradaban agama kita telah tercemar oleh para pengarang semacam ini, yang menerima "kisah-kisah khayalan" dan mengisi lembaran kitab-kitab mereka, meskipun menyalahi riwayat yang shahih dan akal sehat.
Sebagian pengarang tidak memerhatikan kebenaran riwayat dari kisah-kisah ini dengan alasan tidak ada hubungannya dengan penetapan hukum syariat, baik mengenai halal atau haram dan sebagainya.
Oleh karena itu, apabila meriwayatkan mengenai halal dan haram, mereka bersikap keras dalam menyelidiki sanad-sanad, mengkritik para rawi dan menyaring riwayat-riwayatnya.
Namun, apabila meriwayatkan tentang amalan-amalan utama, At-Targhib wa At-Tarhib, misalnya mukjizat dan sebagainya, mereka pun menyepelekan dan bersikap toleran.
Ada pula pengarang yang menyebut riwayat-riwayat dengan sanad-sanadnya Fulan dari Fulan dari Fulan, tetapi mereka tidak memerhatikan nilai sanad-sanad ini.
Apakah shahih atau tidak? Nilai para rawinya, apakah mereka tsiqat (dapat dipercaya), dapat diterima, lemah tercela, atau pendusta tertolak? Mereka beralasan bahwa apabila mereka menyebut sanadnya, maka mereka telah bebas dari tanggung jawab dan terlepas dari ikatan.
Hal itu hanya cocok dan cukup bagi para ulama di zaman-zaman permulaan. Adapun di zaman-zaman belakangan, khususnya di masa kita seperti sekarang ini, maka penyebutan sanad tidaklah berarti apa-apa. Orang-orang hanya mengandalkan penukilan dari kitab-kitab tanpa memandang sanad.
Ini adalah sikap mayoritas penulis dan pengarang di zaman kita ketika mereka mengutip dari Tarikh Thabari atau Thabaqat Ibnu Sa'ad dan lain-lain.
Kedua, orang yang berlebihan dalam menolak dan mengingkari mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda alamiah yang nyata. Alasannya dalam hal itu ialah, bahwa mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah Alquranul Karim. Di dalamnya terdapat tantangan agar orang-orang mendatangkan (membuat) Alquran seperti itu, sepuluh surat atau cukup satu surat saja yang seperti itu.