REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran melalui Surah Ar-Ra'd Ayat 27 dan tafsirnya menjelaskan bahwa mukjizat bukan menjadi penyebab seseorang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab hanya Allah SWT yang berkuasa memberi petunjuk agar orang-orang beriman, Allah SWT juga yang berkuasa menyesatkan siapapun yang Dia kehendaki.
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ اَنَابَۖ
Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya," (QS Ar-Ra'd: 27)
Ayat ini menurut Tafsir Kementerian Agama menerangkan, setelah Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik terpukau oleh fatamorgana kehidupan duniawi dan gembira dengan kenikmatan yang kecil, lalu Allah menyebutkan akibat yang timbul dari sikap dan pandangan mereka yang keliru dengan mengajukan usul kepada Nabi Muhammad, agar kepada beliau diturunkan satu ayat dari Tuhan yang akan membuktikan kenabian dan kerasulannya.
Di antara mereka adalah Abu Sufyan bin Harb (sebelum masuk Islam), Abdullah bin Abi Umayyah, dan kawan-kawannya. Mereka pernah mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad bukti-bukti sebagaimana yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu, seperti jatuhnya langit berkeping-keping kepada mereka, mengubah Bukit Shafa menjadi emas, atau menggeser gunung-gunung dari sekitar kota Makah, sehingga tempat-tempat yang lowong itu dapat dijadikan kebun."
Ucapan mereka yang lain disebut dalam Alquran, antara lain yang terdapat dalam ayat berikut. "Cobalah dia datangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana Rasul-rasul yang telah diutus." (QS Al-Anbiya: 5)