REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi, Jawa Barat, mengintensifkan pengawasan hewan kurban guna mengantisi penyakit zoonosius atau anthrax menjelang hari raya Idul Adha.
"Penyakit antrax sangat berbahaya karena bisa menular pada manusia. Itulah sebabnya perlu kita awasi betul keberadaannya," ujar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispera Kota Bekasi Edy Kadarusman, di Bekasi, Selasa.
Menurut dia, jumlah hewan kurban yang masuk di wilayah setempat diperkirakan meningkat sekitar 5 hingga 10 persen pada 2012.
Tidak menutup kemungkinan, kata dia, beberapa hewan ada yang didistribusikan dari sejumlah kawasan endemi antrax, seperti Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Purwakarta.
Menurut dia, terdapat beberapa tanda antrax pada hewan, di antaranya pada sapi biasanya ditandai dengan demam, gelisah, menanduk benda keras, paha gemetar, nyeri pada perut dan pinggang.
"Pada puncak penyakit, darah keluar dari lubang kumlah (dubur dan hidung), kencing berdarah dan hewan mati mendadak. Darah yang keluar berwarna merah tua seperti kecap, agar berbau amis dan busuk serta sulit membeku," katanya.
Menurut dia, Dispera telah membentuk tiga kelompok petugas untuk menyortir setiap hewan kurban yang masuk ke wilayah setempat dari berbagai penyakit khususnya antrax.
Petugas akan memprioritaskan pengecekan di rumah potong hewan (RPH) dengan jumlah ternak yang banyak seperti, Bantargebang, Pekayon, Narogong, dan Bekasi Selatan.
"Disarankan warga membeli hewan kurban yang telah memiliki surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari pemerintah," katanya.