REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Banten menyesalkan tindakan oknum aparat TNI yang melakukan tindakan kekerasan terhadap wartawan, saat peliputan jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI AU di sekitar Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Selasa.
"Kami sangat menyesalkan tindakan kekerasan terhadap wartawan oleh oknum TNI itu. Kalau saya melihat tayangannya, oknum TNI itu memperlakukan wartawan seperti seorang penjahat," kata Ketua IJTI Banten Wibowo Sangkala di Serang, Selasa.
Ia mengatakan, menyaksikan tayangan video tindakan kekerasan yang dilakukan aparat TNI tersebut serta perampasan kamera terhadap wartawan yang meliput jatuhnya pesawat milik TNI AU tersebut, menunjukan arogansi seorang aparat TNI. Padahal, insiden tersebut seharusnya tidak perlu terjadi jika saling menghargai dan menghormati profesi wartawan yang juga bekerja untuk kepentingan publik dan dilindungi Undang-undang.
"Jangan perlakukan wartawan seperti penjahat seperti itu, masih banyak cara lain yang lebih pantas, jika memang ada larangan untuk tidak boleh meliput insiden tersebut. Ini jelas menghalang-halangi kerja pers," kata Wibowo Sangkala.
Menurut Bowo, perlu ada tindakan tegas dan keras dari pimpinan TNI terhadap oknum anggota TNI yang melakukan tindakan kekerasan tersebut. Sehingga kekerasan terhadap wartawan jangan sampai terus terulang.
Ungkapan serupa juga disampaikan Ketua PWI Banten Firdaus, pihaknya menyesalkan tindakan yang dilakukan oknum TNI yang melakukan tindakan kekerasan terhadap wartwan di Riau. Pihaknya berharap jika ada kesalahpahaman antara wartawan dan pihak lain, hendaknya diselesaikan dengan UU Pers bukan dengan kekerasan.
"Kalau ada kesalahpahaman dalam kerja-kerja pers, jangan diselesaikan dengan kekerasan. Selesaikan dengan UU Pers," kata Firdaus.
Sebanyak enam wartawan telah menjadi korban penganiayaan sejumlah oknum TNI saat meliput insiden jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI AU di sekitar pemuykiman warga RT 03, RW 03, Dusun 03, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Selasa, sekitar 09.47 WIB.
Enam wartawan tersebut diantaranya Didik Herwanto, fotografer Riaupos (Jawapos Grup), Fakhri Rubianto, reporter Riau Televisi, Rian FB Anggoro (pewarta kantor berita ANTARA), Ari (TV One) dan Irwansyah (reporter RTV) serta Andika (fotografer Vokal).
Tidak hanya penganiayaan, sejumlah oknum TNI yang berjaga-jaga di lokasi insiden pesawat jatuh juga merampas beberapa kamera milik pewarta foto yang tengah bertugas.