Rabu 17 Oct 2012 15:20 WIB

Di Papua, Islam Bukan Agama Tamu (3)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.
Foto: blogspot.com
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.

REPUBLIKA.CO.ID, Namun, kejayaan Islam di Papua surut ketika dua misionaris asal Jerman datang. Mereka adalah CW Ottow dan GJ Geissler yang mendarat di Papua pada 5 Februari 1855.

Hingga saat ini, tanggal kedatangan mereka diperingati umat Kristen Papua sebagai hari bersejarah. Dua misionaris tersebut bisa masuk ke Papua setelah mendapatkan izin dari pihak kerajaan Islam masa itu.

Keberadaan Kristen di Papua kian berkibar setelah masuknya Belanda. Selain mendatangkan tentara, Belanda juga mengirim misionaris Kristen.

Ali Athwa dalam bukunya “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” menulis, sejak kedatangan Belanda, sejumlah tokoh Islam Papua ditekan dan dipenjarakan. Mereka di antaranya Alwi Racham dan Raja M Rumangseng AlAlam Umar Sekar.

Mereka ditangkap dan dipenjarakan karena tidak mau menyerahkan pendapatan dari tambang minyak kepada Belanda. “Tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Salawati, Muhammad Aminuddin Arfan, juga bernasib sama. Dia dibuang dan diasingkan ke Maros karena menentang penjajahan Belanda. Sejak itu, Kristen berjaya di Papua dan diklaim sebagai agama asli Papua,” tulis Ali.

Saatnya Bangkit

Meski sempat tenggelam, Islam mulai bangkit kembali di Papua. Saat ini, diperkirakan terdapat 900 ribu Muslim yang tersebar di 29 kabupaten dan kota. Dari jumlah itu, sekitar 47 persen di antaranya merupakan penduduk asli. Sejumlah kepala suku Papua mulai berpindah agama dan membuat perubahan besar di komunitas mereka.

Sebenarnya, bukan hal aneh bila ada pemimpin pada level birokrasi ataupun kesukuan yang memeluk Islam. Kenyataannya, gubernur pertama Irian Jaya adalah seorang Muslim yakni H Zainal Abidin Syah (1956-1961). Disusul Gubernur Muslim lainnya, P Parmuji, Acup Zaenal, Sutran, dan Busiri.

Sementara itu, pada 26 Mei 1978, Kepala Suku Perang, Aipon Asso, menyatakan dirinya memeluk Islam pada usianya yang ke- 70. Keputusan ini diikuti oleh 600 orang warganya di Desa Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Selanjutnya, Walesi menjadi Perkampungan Muslim Tertinggi di Dunia karena berada pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 14 - 26 derajat Celcius.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement