Kamis 18 Oct 2012 16:32 WIB

Kiai Hasyim: Haji Itu Ibadah, Bukan Pariwisata

KH Hasyim Muzadi
Foto: Republika/Fachrul Ratzi
KH Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Wakil Amirul Haj, KH Hasyim Muzadi, mengingatkan kepada seluruh jamaah haji Indonesia agar tak kehilangan subtansi dan makna haji. ‘’Subtansi paling puncak adalah ibadah,’’ ujar mantan ketua umum PBNU itu.

Menurut Kiai Hasyim, sarana dan prasana memang penting. Sebab, kata dia, tanpa sarana dan prasarana yang baik ibadah haji tak bisa khusyuk. Namun, lanjut dia, jamaah haji Indonesia tak boleh hanya memikirkan soal sarana saja.

Jika itu yang terjadi, papar dia, jamaah hanya mendapatkan instrumen tapi kehilangan subtansi. ‘’Kalau terus-menerus seperti itu, haji itu akan seperti pariwisata saja,’’ papar Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikam tersebut.

Ia menegaskan, subtansi haji dalah ibadah, bukan pariwisata, Seharusnya, kata Kiai Hasyim,  ibadah haji berdampak pada perubahan jamaah ke arah yang lebih baik.  ‘’Jika ada 200 ribu orang Indonesia berhaji dan semua berubah  menjadi lebih baik, maka dampaknya akan sangat luar biasa.’’

Kiai Hasyim mengaku prihatin karena di tengah-tengah masyarakat saat ini banyak orang yang setelah berhaji dan sebelum berhaji mengalami perubahan. Bahkan, kata dia, banyak hal yang bertentangan dengan agama tetap dilakukan dan malah meningkat.

‘’Itu akibat kurangnya afektif dan efektifnya ibadah,’’ tutur Kiai Hasyim. Ia berharap agar masalah subtansi haji mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.

Ia berharap setelah berhaji sebanyak 211 ribu jamaah haji Indonesia bisa kembali menjadi hamba Allah dan menjadi mahluk sosial serta kembali pada sifat kemanusiaannya.

Menurut bdia, banyak orang yang berhaji namun tak menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, karena faktor niat.  ‘’Banyak yang naik yang naik haji karena  cuma ingin sampai Makkah  dan untuk gaya-gaya. Niatnya kurang tulus.’’

 

“Selain niat yang juga penting adalah sarana yang digunakan. Tidak sah haji seseorang, jika uang yang digunakan untuk bekal haji adalah uang hasil korupsi,’’ tuturnya.

Jika kedua faktor itu tidak terpenuhi, kata dia,  maka jamaah haji tidak akan menjadi  mendapatkan intuisi basyirah adalah hati yang paling dalam dan bersih.

Ia juga mengingatkan agar jamaah haji tak salah dalam melakukan manasik.Hal itulah, papar dia, yang seharusnya menjadi perhatian dari para calon jamaah haji.

Dalam kesempatan itu, Hasyim  menegaskan tidak sepakat dengan wacana larangan naik haji bagi koruptor. Menurutnya, definisi koruptor menurut agama kadang berbeda dengan definisi koruptor versi hukum dunia.

”Kalau versi dunia kan kita bisa dituduh dan divonis melakukan korupsi kalau ada unsur kerugian apakah itu sengaja atau tidak atau karena kelalaian. Di agama kalau kita lalai, misalnya karena masalah administrasi itu bukan terhitung korupsi,” jelasnya.

 

Menurut dia, yang paling penting biaya yang digunakan untuk berhaji bukan hasil korupsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement