REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan menyatakan aturan Zona Selamat Sekolah akan menjadi keputusan menteri pada 2012 terkait menekan angka kematian anak dalam kecelakaan lalu lintas.
"Akhirnya akan dibuat keputusan menteri tentang Zona Selamat Sekolah, rencananya akan jadi tahun ini," kata Kasubdit Promosi dan Kemitraan Direktorat Jenderal Transportasi Darat Kementerian Perhubungan, Besty Ernani dalam Seminar 'Keselamatan Anak di Jalan', di Jakarta, Selasa (23/10).
Dia mengatakan dari data WHO pada 2004 tercatat di seluruh dunia ada sebanyak 1,3 juta orang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Diprediksi pada 2030 korban tewas akibat kecelakaan berkendara bisa mencapai 1,9 juta orang.
"Kalau kita tidak melakukan apa-apa, nanti pada 2030 korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas, diprediksi jadi 1,9 juta," kata Besty.
Dikatakannya, 90 persen kecelakaan lalu lintas terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia yang memiliki angka kecelakaan yang tinggi. Menurut dia, Zona Selamat Sekolah (ZOSS) akan berlaku di seluruh Indonesia terutama untuk sekolah-sekolah yang berada di jalan arteri.
Sementara uji coba ZOSS sudah dilakukan sejak 2007, dimana kecepatan kendaraan yang melintas harus diturunkan hingga 25 kilometer per jam saat mendekati zona berwarna merah tersebut. Sementara itu pihaknya juga membentuk Kelompok Masyarakat Sadar Keselamatan atau KMSK.
Kelompok ini terdiri atas orang tua siswa, guru, tokoh masyarakat setempat hingga pengusaha daerah. Menurut dia, penyebab kecelakaan lalu lintas di tiap daerah berbeda-beda sehingga peraturan dari pusat tidak bisa secara efektif diterapkan langsung pada setiap daerah.
Dengan KMSK, persoalan didiskusikan para anggota dan dicarikan jalan keluarnya. Selain itu mereka juga menyampaikan solusi tersebut ke masyarakat setempat melalui poster, spanduk dan kalender.
"Lewat KMSK, kami tanya persoalannya apa, kami melempar ide, mereka bergerak, mereka buat poster, spanduk dan kalender untuk menyampaikan pesan ke masyarakat," katanya.
Hal itu dinilainya lebih efektif diterapkan untuk masyarakat daerah. "Menggunakan people power itu pesannya lebih sampai daripada menggurui," katanya.