REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kalangan politikus mengkitik munculnya film Sang Martir karena mengesampingkan aspek hukum di Indonesia.
"Ini seperti film barat yang terkesan suatu negara tidak memiliki hukum yang jelas sehingga kejahatan bisa merajalela," kata anggota DPRD Jabar, Ahmad Syaikhu, usai menyaksikan tayangan perdana film tersebut di XXI Mega Bekasi Hypermart, Kamis (25/10) malam.
Menurut dia, film yang disutradarai oleh Helfi Kardit itu memberikan kesan upaya untuk melakukan perlawanan terhadap kezaliman penguasa."Mafia nakoba merajalela dan dikemas terlalu berlebihan. Ini adalah film pemberontakan terhadap tirani," ujar politikus PKS itu.
Meskipun demikian, pihaknya tetap mengapresiasi kemajuan produksi film di Indonesia yang semakin tahun semakin baik. "Munculnya film-film tak berkualitas di Indonesia biasanya diakibatkan kurangnya inovasi dari seniman film, ditambah lagi persoalan asrana yang minim karena perlengkapan mahal," katanya.
Film yang dibintangi Adipati Dolken, Nadine Alexandra, Tio Pakusadewo, dan Ray Sahetapy itu menceritakan tentang kehidupan anak-anak panti asuhan di bawah ancaman sejumlah preman.