Rabu 31 Oct 2012 17:36 WIB

Mencetak Generasi Qurani (2)

Rep: Damanhuri Zuhri/ Red: Chairul Akhmad
Seorang bocah membaca Alquran dalam kegiatan khataman Alquran secara massal.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Seorang bocah membaca Alquran dalam kegiatan khataman Alquran secara massal.

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut Ahsin, meski anak belum mengerti huruf-huruf Arabiyah, maka ayah dan ibunya perlu mengajari bacaan-bacaan Alquran di depan anak-anaknya.

Mulai dari surah al-Fatihah dan surat-surat yang pendek. Upaya itu dilakukan untuk membiasakan mereka mendengar ayat-ayat suci Alquran.

Dengan menghafalkan Alquran, paling tidak, sel syaraf yang ada pada otak seorang anak sedikit demi sedikit bisa terprogram dengan teratur.

“Dengan cara-cara itu, saya rasa apabila diberikan secara rutin kepada anak-anak bisa terprogram sedikit demi sedikit, sehingga akan menumbuhkan kecerdasan kepada anak-anak,'' papar pakar tafsir dari Universitas Al Azhar Mesir itu.

Menurut Ahsin, program mendidik menghafal Alquran sejak dini sangat bagus. Apa pasal?  Sebab, anak-anak pun butuh sentuhan-sentuhan rohani dan moralitas. Paling tidak, kata dia,  ketika dia berhadapan dengan guru-guru harus bertatakrama, cium tangan, bersila dengan baik, berpakaian yang baik, sering membasuh muka untuk berwudhu.

Pandangan serupa juga  diungkapkan Pakar Pendidikan, Prof Imam Suprayogo yang juga rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Menurut dia, kualitas seseorang sangat ditentukan oleh dua hal, yakni siapa pergaulannya dan apa bacaannya.

Kalau pergaulannya dengan orang biasa-biasa saja, tutur dia, maka cara berpikirnya biasa-biasa. Tapi kalau pergaulannya adalah lingkungan yang hebat, maka dia menjadi hebat. ''Nah, persoalannya adalah bagaimana agar kita menjadi anak yang hebat? Maka sejak kecil sudah dilatih untuk bergaul dengan zat yang maha hebat yaitu Allah SWT,'' paparnya.

Dengan cara apa? Menurut dia, dengan cara berlatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan spiritual. ''Apa saja yang dilakukannya karena Allah bukan karena selain itu. Dan tentu saja apa yang dilakukan adalah hal-hal yang baik. Bagaimana mengenal Asmaul Husna, Ar-Rahman, Ar-Rahim,'' kata Imam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement