REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO--- Dua sekutu Amerika Serikat (AS) mengingatkan negara-negara Balkan menuntaskan persoalan dan pertikaian di kawasan, dan bergabung bersama bersama Uni Eropa (UE). Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton mengatakan wacana itu harus terlaksana.
Menurut dia warisan konflik pascaruntuhnya Yugoslavia pada 1990-an harus mengalami titik terang, dan tidak jalan ditempat. "Jika anda semua tidak membuat perbaikan, anda akan sangat tertinggal," kata Clinton saat tur luar negerinya di kawasan, seperti dikutip Reuters, Selasa (30/10).
Perang saudara terjadi usai keruntuhan Yugoslavia di wilayah tenggara Eropa itu. Negara berpenghuni jutaan orang tersebut, pecah menjadi negara-negara bangsa, dan saling serang. Intensitas tinggi dan sentimen sekterian juga masih kentara sampai sekarang.
Di Bosnia dan Herzegovina ratusan ribu nyawa melayang dalam peperangan sekterian pada 1992. Melibatkan etnis Bosnia, Serbia dan Krosia berperang sebelum akhirnya dipaksa berdamai dan membentuk kedaulatan masing-masing pada 1995, melalui Perundingan Dayton.
Clinton mendesak agar ketiga otoritas tidak lagi membicarakan persoalan lampau. Ia mendesak mereka menjalankan platform reformasi antara ketiganya.
Mengatasi pertikaian etnis dan kesukuan yang selama ini menjadi syarat untuk bergabung di UE dan Pakta Atlantik Utara (NATO).
Serbia juga mengalami persoalan sendiri di Provinsi Otonom Kosovo. Secara sepihak, wilayah etnis Albania itu mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka. Perang saudara di perbatasan sempat tegang.
Washington bersama UE dan Turki mendukung kemerdekaan Kosovo pada Februari 2008. Dibawah pengaruh Rusia dan Cina, hingga sekarang Serbia tidak mengakui Kosovo. Indonesia sendiri masih ragu mengakui kemerdekaan Kosovo.