REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepakbola, Budiarto Shambazy, mengatakan penggunaan atribut PSSI oleh KPSI adalah tindakan yang tidak etis. Ia pun sepakat bahwa tindakan yang dilakukan KPSI adalah tindakan melanggar hukum.
"Segala atribut itu tentu adalah milik resmi PSSI. KPSI harusnya punya atribut sendiri dan tidak menggunakan yang bukan miliknya. Itu tentu tindakan melanggar hukum," kata Budiarto saat dihubungi, Kamis (1/11).
Meskipun begitu, tambah Budiarto, PSSI juga seharusnya tidak perlu melayangkan laporan kepada polisi. Dia beralasan, dengan adanya laporan itu, maka PSSI secara tidak langsung mengakui keberadaan KPSI.
"Padahal KPSI itu bukan apa-apa. Keberadaan mereka tidak penting. Apalagi sekarang timnas PSSI telah diakui sebagai tim yang sah untuk tampil di Piala AFF. PSSI juga sudah mempunyai komposisi pemain tanpa pemain LSI," tambahnya.
Terkait konflik yang tak kunjung usai, Budiarto berharap agar KPSI tidak lagi ngotot untuk mempertahankan keberadaan mereka. Terlebih, AFC dan FIFA hingga saat ini hanya mengakui keberadaan PSSI. Itu terbukti setelah dikeluarkannya putusan bahwa timnas Indonesia dibawah yuridiksi PSSI.
"Bukan hanya itu, masyarakat Indonesia juga sudah banyak yang memberikan dukungan kepada timnas Indonesia (timnas PSSI). Bagi saya itu udah vonis mati untuk KPSI," katanya.