Kamis 15 Nov 2012 18:36 WIB

Ashabul Ukhdud dan Kaum Beriman (1)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS al-Ankabut: 2).

Dari petikan ayat tersebut kita bisa tahu bahwa Allah akan senantiasa menguji keataatan umatnya, sejauhmana seorang manusia mampu mempertahankan keimanannya.

Sebagaimana dalam kisah Ashabul Ukhdud (para pembuat parit) yang terekam dalam Alquran surah al-Buruj.

Kisah ini terjadi pada kaum Bani Israil sepeninggal Nabi Musa, ketika kaum keturunan Nabi Ya’kub ibn Ishak itu masih me upakan umat yang hidup di bawah bimbingan Allah dan Rasul-Nya.

Pada masa itu tersebutlah seorang raja. Dia memiliki seorang tukang sihir yang telah sangat tua. Suatu hari tukang sihir itu mengungkapkan nazarnya kepada raja. “Saya sudah tua, carikan untukku seorang pemuda remaja yang akan saya ajari sihir,” ujarnya.

Raja pun lantas mencarikan seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir. Seorang pemuda kemudian dipilih dan diminta datang ke istana untuk menemui tukang sihir.

Dalam perjalanan, sang pemuda singgah di tempat seorang rahib (ahli ibadah) yang sedang menggelar sebuah majelis. Dia lalu duduk dan mendengarkan ceramah yang disampaikan sang rahib yang membuatnya begitu tertarik.

Gara-gara mampir di majelis agama itu, si pemuda terlambat sampai ke tempat tukang sihir dan dia dipukuli. Celakanya, bila ia terlambat kembali ke rumahnya dia juga akan dipukuli oleh keluarganya.

Maka, ia mengadu tentang kejadian itu kepada rahib tersebut. “Kalau engkau takut kepada si tukang sihir, katakan kepadanya, ‘Aku ditahan oleh keluargaku.’ Dan jika engkau takut kepada keluargamu, katakan kepada mereka, ‘Aku ditahan oleh tukang sihir itu,’” saran sang rahib.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement