REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Saat ini harga sapi hidup siap potong mencapai 10 juta per ekor. Padahal sebulan yang lalu hanya sekitar Rp 7 juta per ekor.
''Sekarang saya tidak bisa menjual sapi sama sekali karena di tingkat peternak persediaan sapi tidak ada,''kata penjual sapi hidup dari Yogyakarta Wardi pada Republika, Rabu (21/11). Bulan lalu dia masih bisa menjual sapi sampai 137 ekor per hari. Sedangkan sejak dua minggu ini dia sama sekali tidak bisa menjual sapi.
''Harga sapi ngeri karena melambung tinggi setelah Idul Adha, kenaikannya dari Rp 7,5 juta, kemudian Rp 8 juta, Rp 9 juta dan sekarang sudah Rp 10 juta,''ungkap dia. Karena harga sapi tinggi, tentu saja kemungkinan juga tidak ada pembeli karena daya beli masyarakat Yogyakarta rendah.
Dia mengakui tahun lalu masih banyak sapi impor, sehingga tidak sampai langka. Namun adanya impor itu juga merugikan peternak sapi lokal. Karena itu dia berharap supaya ada regulasi dari pemerintah bahwa pemberian bantuan bibit sapi harus kepada para peternak sapi yang betul-betul.
''Kalau bantuan diberikan kepada suatu kelompok yang bukan peternak sapi, biasanya hanya bertahan dalam dua sampai tiga bulan. Kelompok tersebut membentuk kelompok hanya untuk mendapatkan bantuan. Sehingga mereka bukan ahli di bidangnya,''ungkap Wardi yang biasa membeli sapi dari para peternak sapi di Gunungkidul dan Wonogiri.
Saat ini peternak sapi di Gunungkidul dan Wonogiri baru melakukan penggemukan, sehingga belum bisa dijual. Persediaan sapi hidup yang siap dijual sudah tidak ada, karena habis pada saat Idul Adha. Pada saat Idul Adha, para peternak sapi itu, biasanya ketika terjual satu ekor, mereka membeli dua ekor bibit.
Adanya kelangkaan sapi itu menurut Wardi kemungkinan juga adanya permainan dari kalangan importir yang ingin meraup keuntungan. Katanya sebelum kebijakan impor sapi dstop. sapi impor di Indonesia masih tersedia banyak dan bahkan yang sudah terlanjut dipesan sedang dalam perjalanan ke Indonesia. Namun kenyataannya saat ini langka sapi hidup, ungkap dia.