Kamis 22 Nov 2012 04:13 WIB

Terisolasi Karena Menjadi Mualaf, Ini Solusinya

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Mualaf (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Satu tantangan terbesar seorang mualaf setelah memeluk Islam adalah terisolasi dari keluarga dan lingkungan. Kondisi itu juga didukung dengan rasa tidak nyaman dari mualaf ketika berada di lingkungan non-muslim.

Pendiri Super Muslimah Project, Amal Stapley, mengungkap situasi itu sangat wajar. Setiap mualaf butuh proses untuk merasa nyaman. "Tentu, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi," kata dia seperti dikutip onislam.net, Rabu (21/11).

Faktor yang dimaksud mencakup dimana mualaf tinggal, dukungan masyarakat, status perkawinan, proses mualaf memeluk Islam, pemahaman dan harapan, dan kepribadian mualaf sendiri. Menurut Amal, Allah SWT membawa setiap mualaf menuju jalur yang terbaik dengan sebelumnya memberikan semacam tes untuk mengkonfirmasi level keimanan mualaf. 

"Memang tidak ada hal yang baku dalam masalah ini. Yang pasti, butuh penyesuaian dengan melihat dari kebutuhan si mualaf," kata dia. Tetapi, Amal menyarankan kepada para mualaf beberapa poin terkait masalah tersebut.

Poin pertama, setiap mualaf harus memiliki harapan yang realistis. "Islam adalah cara hidup ideal. Tapi perlu diketahui tidak setiap muslim baik dan mungkin tidak bisa memberikan bantuan kepada para mualaf, " kata dia.

Poin kedua, kata Amal, setiap mualaf disarankan untuk bergabung dengan komunitas mualaf. Ini dilakukan guna mempermudah mualaf berbagi pengalaman. "Kalau sulit ditemukan, coba cari via internet atau hubungi masjid terdekat. Insya Allah akan banyak informasi soal komunitas," kata dia.

Setelah menemukan komunitas, kata dia, cobalah untuk aktif dalam setiap kegiatan. Itu juga membantu mualaf untuk lebih mendalami Islam sekaligus banyak berkenalan dengan sesama mualaf.  "Ini sangat berguna dalam proses transisi yang anda alami," ucapnya.

Poin ketiga, lanjutnya, menjadi bagian dari komunitas masjid. Mengapa demikian, sebab masjid merupakan pusat kegiatan umat Islam. Di masjid, mualaf akan menemukan berbagai komunitas muslim. "Jangan gugup atau malu. Ajaklah siapapun untuk berbicara. Bersosialisasilah. Itu akan bermanfaat bagi anda," ucapnya.

Poin terakhir, lanjut dia, coba untuk mencaga hubungan baik dengan keluarga meski mereka non-muslim. Nabi Muhammad SAW misalnya, beliau memperlakukan pamannya dengan penuh cinta kasih. Meski pamannya bukan seorang muslim dan menolak Islam. "Anda tidak tahu, apa rencana Allah soal mereka. Bisa jadi, satu saat mereka akan diberikan hidayah," tuturnya.

Hal penting lainnya, kerabat atau tetangga yang non-muslim sebelumnya memiliki peran penting dalam kehidupan mualaf. Itu menjadi alasan bagi setiap mualaf untuk tetap memperlakukan mereka dengan baik. Tentu dengan catatan, hindari permintaan apapun dari mereka yang mendorong mengingkari peringa Allah SWT. "Yang anda butuhkan adalah modifikasi posisi anda," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement