REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan membabi buta Israel sepanjang delapan hari merusak jaringan air di berbagai wilayah di Jalur Gaza. Akibatnya, warga setempat mulai kesulitan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Mi’raj News Agency melaporkan penampungan air bersih yang dapat melayani sekitar 150.000 warga di Gaza Tengah itu hancur akibat bom udara Israel. Sebuah truk pemasok air bersih di Beit Lahiya, utara Jalur Gaza, yang biasa digunakan untuk menyediakan air bersih untuk warga juga tidak bisa digunakan lagi. Truk itu dihantam bom pada Ahad lalu (18/11).
Akibat ledakan tersebut, sopir truk Suhail Hamada dan puteranya berusia 10 tahun meninggal di tempat.
Setelah kejadian itu, truk pemasok air bersih lainnya berhenti beroperasi karena khawatir mereka akan menjadi sasaran berikutnya.
''Sepanjang serangan sporadis Israel ke pemukiman padat penduduk dan fasilitas umum, praktis persediaan air bersih menjadi kritis karena terhambatnya pengoperasian sumur air bersih yang terletak di daerah serangan udara Israel,'' tulis Mi'raj News Agency.
Jaringan infrastruktur air di daerah Khan Younis dan Rafah juga dikabarkan rusak akibat bom Israel. Omar Shatat, pejabat Sarana Pengairan Kawasan Pantai Gaza, mengatakan akibat serangan yang merusak fasilitas air itu, krisis air kini mengancam kehidupan warga.
Selama ini sebagian besar warga mengandalkan pembelian air bersih dari pemasok air swasta. Pemasok memanfaatkan air laut sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih melalui proses mengubah air laut menjadi air tawar (desalinasi). Satu rumah warga biasanya memerlukan sekitar 20 liter per hari seharga 1 shekel (senilai 2.500 rupiah).