Selasa 27 Nov 2012 15:35 WIB

Lynette Wehner, Berkah Mengajar di Sekolah Islam (2)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Lynette Wehner
Foto: pinterest.com
Lynette Wehner

REPUBLIKA.CO.ID, Hari demi hari, Lynette kian mengenal Islam. Dia mulai sering bertukar pikiran dengan guru-guru Muslim di sekolah tersebut tentang Islam.

Dia juga kerap membaca buku agama milik muridnya yang tertinggal di sekolah. Ia mulai membaca Alquran.

Seusai membaca kitab suci itu, muncul pertanyaan dalam benaknya, bagaimana bisa Alquran ini berasal dari Allah. Namun, semakin ia membaca, ia semakin tahu jawabannya.  "Alquran seolah dibuat untukku. Aku tak berhenti menangis," kata dia haru.

Ketika itu, Lynette mulai sadar bahwa ajaran Islam sangat masuk akal. Banyak pertanyaan dalam dirinya terjawab. Dia pun kemudian memutuskan menjadi Muslim.

Saat itu, ia merasa telah menemukan apa yang selama ini dicari. Karenanya, ia tak ragu lagi untuk masuk Islam. ''Aku tahu inilah jalan yang benar. Semuanya terasa masuk akal. Aku sangat bahagia.''

Pengaruhi cara berpikir

Islam memberikan pengaruh besar dalam hidup Lynette. Agama Allah ini memengaruhi cara dia berpikir dan berinteraksi dengan suami dan keluarga serta orang-orang di sekitarnya.

''Juga berpengaruh besar dalam hubungan saya dengan Allah. Sangat sulit mengungkapkannya dalam kata-kata,'' ungkapnya.

Tak seperti kebanyakan mualaf lainnya, Lynette merasa cukup beruntung. Sebagai seorang mualaf, dia bisa berada di lingkungan yang sangat Islami sehingga proses transisi yang dijalaninya tidak terlalu berat.

Menurut Lynette, pendukung utama dia adalah teman-temannya di sekolah Islam. Dan, ia menghabiskan banyak waktunya di lingkungan yang Islami itu. Lebih menggembirakan lagi, keluarganya tak mempermasalahkan keputusannya menjadi Muslimah.

Namun, ia tak memungkiri ada penolakan dari beberapa teman dan neneknya. Teman-teman non-Muslimnya mulai menjauh. ''Mereka kerap berbisik sinis ketika dijelaskan alasanku berjilbab dan masuk Islam.''

Sang nenek pun demikian. Selama beberapa tahun, Lynette merasa jauh dari sang nenek. Namun syukurlah, lambat laun dia bisa menerima keputusan cucunya. Kini, mereka malah sangat dekat. ''Dia menghargai aku, begitu pula aku,'' ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement