REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah sepertinya pesimis produksi minyak mentah tahun depan bakal sesuai target. Sebelumnya dalam Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN) 2013 pemerintah mematok produksi sebesar 900 ribu barel per hari (bph).
"Tidak ada lonjakan signifikan," kata Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini, Jumat (30/11).
Produksi akan sama dengan hasil akhir tahun ini sekitar 860 ribu bph. Belum ada on stream dengan jumlah besar dari lapangan minyak yang menjadi alasan. Namun, kata dia, produksi kemungkinan akan meningkat kembali jika pada 2014 mendatang Blok Cepu beroperasi.
Deputi Perencanaan Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKS PMigas), Widyawan Prawiraatmadja juga mengakui hal ini. Menurutnya memang target peningkatan produksi yang dipatok 900 bph cukup sulit. "Supaya 900 barel tercapai, Desember itu harus 880 barel per hari. Tapi sekarang masih 850 barel per hari," katanya.
Pengembangan sejumlah proyek baru seperti South Mahakam misalnya, lanjut dia, juga belum mampu menambah produksi secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian ESDM saat ini, produksi minyak bumi Indonesia berasal dari lapangan tua. Lapangan tua masih mendominasi produksi hingga 62 persen, disusul lapangan yang tergolong immature 32 persen dan yang belum dikembangkan enam persen.
Dari Januari hingga September, minyak mentah RI hanya sekitar 850 barel per hari, jauh di bawah target 870 barel per hari hingga akhir 2012. Terjadi penurunan produksi hingga tiga persen dari 2011 lalu.
Sebelumnya pada 2025, pemerintah menargetkan sejumlah hal dalam pengelolaan sub sektor migas. Selain mempertahankan tingkat produksi minyak mentah sekitar 1 juta barel, pelaksanaan kegiatan hulu 50 persen juga akan diserahkan pada perusahaan nasional.
Terpenuhi kebutuhan bahan baku dan bahan bakar secara mandiri juga jadi prioritas. Tercapainya keselamatan operasi migas serta lingkungan tanpa suar bakar dan limbah juga jadi fokus lainnya.