REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat sosial politik UGM, Ary Dwipayana, menyatakan bila partai tidak berusaha membuka diri terhadap calon berkualitas baru, yang ada sistem kepemerintahan tidak akan berubah.
Dia mengatakan, seharusnya parpol bisa mempertimbangkan sistem rekrutmennya agar tidak menutup akses masyarakat. Dengan begitu, apa yang menjadi harapan warga justru difasilitasi. Hal tersebut terkait dengan hasil survei Lembaga Survey Indonesia (LSI) yang mengeluarkan 10 besar capres yang populer saat ini.
Dengan adanya identifikasi survei ini, kata dia, masyarakat menjadi lebih terbantu dalam menentukan pilihannya. Karena, selain adanya informasi mengenai kader tersebut, dia menilai, pemilih juga lebih mengetahui arah pilihannya. “Karena calon alternatif ini, bukan soal nama, melainkan kriteria,” ucap Ary, Ahad (2/11).
Ary juga menyoroti upaya LSI dalam mengambil sampel para opinion leader. Dia mengatakan, seharusnya LSI bisa memperluas jaringannya dengan tidak memberikan batasan pada mengenai kualifikasi opinion leader.
Pasalnya, dia mengatakan, masih banyak tokoh yang mungkin memliki kualitas serta pengaruh nasional untuk memimpin bangsa. Menurutnya, dengan membuka ruang itu, maka wajah-wajah baru akan bermunculan. “Sehingga, yang menjadi capres, tidak hanya kandidat elite partai, tapi pilihan masyarakat,” katanya.
Seperti diketahui, Hasil Lembaga Survey Indonesia (LSI) Berdasarkan kualitas personal tokoh-tokoh dengan nilai 60 atau lebih (lulus) menurut opinion leader adalah: Mahfud MD (79), Jusuf Kalla (77), Dahlan Iskan (76), Sri Mulyani (72), Hidayat Nurwahid (71), Agus Martowardojo (68), Megawati Soekarnoputri (68), Djoko Suyanto (67), Gita Wirjawan (66), Chairul Tanjung (66), Endriartono Sutarto (66), Hatta Rajasa (66), Surya Paloh (64), Pramono Edhie Wibowo (64), Sukarwo (63), Prabowo Subianto (61), Puan Maharani (61), dan Ani Yudhoyono (60).