REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Calon incumbent, Fauzi Bowo (Foke) secara lisan mengajak para guru yang tergabung dalam korps Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DKI Jakarta untuk memilih pasangan calon nomor satu menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI.
Ajakan tersebut diutarakan melalui pantun yang terucap oleh Fauzi Bowo saat memberikan arahan dalam Seminar PGRI bertema Kebijakan Peningkatan Mutu Guru Menyongsong Implementasi Wajib Belajar 12 Tahun di DKI Jakarta di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (3/7).
"Bawa air di dalam gelas, taruhlah di atas batu. Bulan Juli tanggal sebelas, jangan lupa pilih," ujar Foke seraya disambut jawaban para guru serentak, "Nomor Satu itu yang benar, menjadikan yang terbaik nomor satu," jawab Foke.
Ia mengaku kedatangan pada acara Seminar PGRI DKI Jakarta dalam kapasitas sebagai Gubernur DKI. "Saya datang mengenakan baju seragam sebagai gubernur. Kalau ada orang yang mengawasi belum paham juga saya datang sebagai gubernur, bukan kampanye. Saya menyarankan untuk sekolah lagi pada guru-guru di sini. Saya tidak mungkin keluar dari pakem yang ada," ungkapnya.
Dalam acara tersebut, Foke juga menceritakan ketidakhadiran pada acara Debat Cagub yang diadakan 1000 Perempuan Jakarta di Balai Kartini yang bersebelahan ruangan digelarnya seminar PGRI.
"Saya minta maaf karena tidak bisa hadir dalam acara tersebut sebagai cagub, karena cuti saya sudah selesai. Tanggal 3 dan 6 Juli, saya tetap menjadi gubernur. Masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan," ungkapnya.
Sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan di antaranya menjamin anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan wajib belajar 12 tahun tersedia pada APBD Perubahan 2012.
"Makanya saya bilang tadi, ibu-ibu yang saya hormati dan banggakan, saya minta dengan segala hormat, kalau mau memperkosa saya sebagai gubernur jangan di forum ini. Tapi nanti diatur waktunya, karena saya takut melanggar ketentuan," tuturnya.
Di hadapan para guru yang hadir, Foke menegaskan, Pemprov DKI yang dipimpin dirinya saat ini tidak ingin terburu-buru, melainkan melewati pemikiran yang matang dan mendalam. Kebijakan penerapan wajib belajar 12 tahun oleh Pemprov DKI telah persiapan yang matang.
"Penerapan program pendidikan ini jangan diomongin saja tanpa persiapan matang. Yang akhirnya, program wajib belajar dilaksanakan terpaksa dengan urunan para guru. Jadi yakinilah gubernur yang anda pilih tidak mengambil kebijakan seperti itu di Jakarta," tuturnya.
Foke juga menyayangkan munculnya pesan pendek melalui telepon selular yang tersebar kepada warga Jakarta yang menyatakan Foke memberikan kredit tanpa agunan terkait pembangunan Ibukota.
"Saya kira orang ini sedikit budek atau total budek, atau daya tangkapnya rendah sehingga tidak mengerti apa yang saya sampaikan. Saya minta semua pihak hormati tata krama, jangan menyebar fitnah dan black campaign yang tidak pada tempatnya," tegasnya.
Sementara pakar pendidikan, Arief Rahman, menilai seluruh pesan yang disampaikan oleh Foke bukanlah kalimat kampanye. Dia pun memberi nilai 99,9 persen untuk pesan yang disampaikan Foke.
"Nilai yang 0,01 saya sisakan karena pesan ini disampaikan dalam masa kampanye. Tetapi memang secara batiniah pertemuan ini adalah kampanye. Pertemuan untuk mengkampanyekan pendidikan, bukan kampanye politik," tuturnya.
Arief menyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengajarkan kepada dirinya bila memilih orang untuk menjadi pemimpin berdasarkan tiga kriteria.
Pertama, akuntabel, orang tersebut harus bisa dipercaya, kedua acceptable, orang tersebut harus dapat diterima oleh semua pihak dan available yakni setiap kali diperlukan dia selalu ada.
"Jadi, mau pilih mana gubernur yang jujur atau banyak janjinya. Karena itu, teman-teman seharusnyalah memilih Fauzi yang mudah-mudahan memenuhi 3 syarat itu. Tapi kalau nomor satu kalah, saya yakin Fauzi tidak akan bunuh diri. Karena saya tahu dia, sebab dia adalah besan saya," ujarnya bercanda.