REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Tahapan menuju kursi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta kian panas. Isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) mulai menyerang pasangan calon. Para calon pemilih di putaran kedua pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) mendapat hasutan untuk tak memilih pasangan dengan suku dan agama tertentu.
Hasutan beredar lewat selebaran, situs-situs jejaring sosial, forum-forum internet, dan pesan berantai lewat telepon seluler. Pemilih mendapat hasutan agar tak memilih orang non-Jakarta, apalagi berasal dari agama dan etnis tertentu. Masing-masing pasangan membantah telah melakukan serangan bernada SARA.
Tim pemenangan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) mengaku menjadi sasaran kampanye hitam bernuansa SARA. Meski begitu, Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ahok Cheppy Wartono mengatakan, munculnya isu SARA justru menguntungkan mereka. “Kami santai saja, lha wong banyak yang menanggapinya negatif. Malah, banyak yang tambah respek sama Jokowi-Ahok. Jadinya menguntungkan kita,” ujar Cheppy, Selasa (17/7).
Mereka memilih lebih fokus terhadap keberhasilan pasangan ‘kotak-kotak’ itu pada pemilukada. Cheppy menilai, masyarakat Jakarta cukup cerdas dalam menanggapi setiap isu. Ketua Media Center Fauzi Bowo-Nachrowi Ram li (Foke-Nara) Kahfi Siregar mengatakan, pihaknya tidak akan pernah mengangkat isu SARA. “Bukan mainan kami itu, apalagi digunakan untuk menyudutkan pihak lawan. Kami ingin menang ber martabat,” ujar Kahfi.
Ia mengakui, ada pernyataan bernada SARA kepada Jokowi-Ahok, tetapi dia membantah itu berasal dari Tim Pemenangan Foke- Nara. Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, tegasnya, sangat menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika. Jika tuduhan dialamatkan ke kubu Foke-Nara, itu fitnah besar.