REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diimbau jangan berpengaruh terhadap isu-isu SARA dan kerusuhan yang mencuat menjelang Pemilukada putaran kedua ini. Isu-isu tersebut dapat dikategorikan sebagai kampanye hitam.
Pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, pilkada di putaran kedua ini kualitasnya lebih buruk dan menurun jika dibandingkan dengan putaran pertama. "Di putaran kedua ini, masing-masing tim sukses cenderung memanfaatkan isu-isu SARA dan isu negatif lainnya yang beredar untuk putaran kedua," ujarnya, Ahad (2/9).
Dia menambahkan, hal tersebut tidak menunjukkan adanya sisi kecerdasan di pilkada putaran kedua ini. Lebih lanjut, Burhanuddin mengatakan, dengan maraknya isu SARA yang semakin berkembang dikhawatirkan pada putaran dua mendatang semakin menambah adanya golput dari para pemilih.
"Isu-isu negatif yang semakin berkembang tersebut bisa mempengaruhi sikap masyarakat untuk memberikan suaranya di putaran dua, dengan adanya isu tersebut dikhawatirkan ada sikap acuh dari masyarakat untuk memilih," ujar Buhranuddin.
Burhanuddin berpendapat bahwa Panwaslu dan pihak kepolisian aktif bertindak untuk memerangi maupun mengantisipasi adanya persebaran isu SARA dan isu negatif lainnya. Sebab, dengan berkembangnya isu negatif itu dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pilkada putaran kedua ini bisa dikatakan sebagai suatu eksperimen yang buruk. Burhanuddin mengatakan, sebagai Ibu kota negara seharusnya, Jakarta bisa melaksanakan Pilkada dengan lebih cerdas. "Sebagai barometer nasional, seharusnya Jakarta bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lain, oleh karena itu diharapkan Jakarta bisa melaksanakan Pilkada dengan lebih cerdas," ujar Burhanuddin.