REPUBLIKA.CO.ID, Kisah Rithah tersebut dikisahkan dalam Alquran Surah an-Nahl ayat 92. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.”
“Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain."
'Sesungguhnya, Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.”
Kita lihat apa kata para mufasir mengenai ayat ini. Abdullah bin Kathir and As-Suddi mengomentari dengan kata-kata berikut:
“Ayat ini adalah mengenai kisah seorang perempuan bodoh di Makkah. Tiap kali dia memintal benang dan menjadikannya kuat, dia mengurainya lagi.” Itulah mengapa Rithah kemudian dijuluki al-Hamqa, yang bodoh.
Sedangkan Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zayd mengatakan dengan rujukan yang berbeda. “Ayat ini adalah mengenai orang yang menepati perjanjian yang telah disepakati.”
Beberapa mufasir lebih menyepakati pemahaman kedua mengingat kaitannya dengan kalimat berikutnya, tak masalah apakah kisah mengenai perempuan Makkah pada masa jahiliah yang frustrasi dengan pemintalan benang itu benar terjadi atau tidak.
Sementara itu, Ibnu Abu Hatim meyakini kisah mengenai perempuan stres gara-gara cinta itu memang terjadi, namun dengan nama yang berbeda.
Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Bakar bin Abu Hafsah yang menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang dikenal dengan nama Saidah al-Asadiyah. Ia adalah wanita yang gila, pekerjaan sehari-harinya hanyalah mengumpulkan rambut dan serat-serat.