Kamis 13 Dec 2012 19:23 WIB

Pengamat: Langkah Ical Berat untuk 2014

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) didampingi jajaran pengurus DPP memimpin sidang pleno di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Sabtu (13/10).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) didampingi jajaran pengurus DPP memimpin sidang pleno di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Sabtu (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada Ary Dwipayana mengatakan  masih rendahnya elektabilitas Abu Rizal Bakrie tak lepas dari figur  yang kontroversial.

Publik, kata Ary, belum bisa menerima calon pemimpin dari kalangan pengusaha. Hal ini pula yang dinilai Ary, memberatkan langkah JK saat maju dalam Pemilu Presiden 2009. "Politikus pengusaha sering dinilai memiliki banyak kepentingan untuk menggolkan bisnis-bisnisnya," ujar Ary.

Tak cuma soal itu beratnya upaya Ical meningkatkan popularitas juga lantaran figur Ical yang bermasalah. Ary mengatakan publik masih menganggap Ical sebagai orang yang bertanggung jawab atas kasus lumpur lapindo.
Selain itu kasus-kasus pajak perusahaan Ical juga membuat publik kehilangan kepercayaan pada sosok Ical. "Apalagi Ical juga punya kasus Lapindo dan Pajak," katanya.

Ical tak bisa menganggap enteng suara ketidakpuasan kader terhadap mekanisme pemilihan dirinya. Menurutnya,  Ical harus bisa merespon perbedaan pandangan itu dengan membangun soliditas di tubuh partai.

Cara yang paling efektif menurut Ary adalah dengan menerapkan mekanisme yang demokratis dalam pengambilan keputusan Capres. "Agar faksi-faksi yang ada di Golkar puas dan merasa calon mereka diakomodir partai," kata Ary.

Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar, Firman Subagyo memastikan DPP Partai Golkar tidak akan mengevaluasi pencapresan Ical sebagai presiden. Kalaupun evaluasi dilakukan, itu hanya menyangkut strategi yang akan diterapkan Partai Golkar. "Penetapan figur sudah final," kata Firman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement