REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Lingkar Survei Indonesia menilai tingkat partisipasi masyarakat Kota Bekasi, Jawa Barat, dalam memberikan suara pada Pilkada setempat, minim.
"Penyebabnya saya rasa bukan karena sosialisasi penyelenggara Pilkada yang minim, tapi lebih pada faktor ketokohan kandidat yang kurang menonjol," kata Direktur Eksekutif Citra Publik Indonesia-Lingkar Survei Indonesia Grup, Hanggoro DP, di Bekasi, Minggu.
Hasil hitungan cepat LSI menyebutkan dari jumlah pemilih yang terdaftar sebanyak 1,6 juta jiwa lebih, hanya 48,81 persen di antaranya yang melakukan pencoblosan.
"Survei ini dilakukan dengan margin of error kurang lebih 1 persen. Data ini dikumpulkan dari 116.000 pemilih yang tersebar di 250 Tempat Pemungutan Suara (TPS)," ujarnya.
Menurut dia, tidak adanya figur kandidat yang menonjol membuat masyarakat kurang simpatik dan lebih memilih untuk golput.
"Kondisi ini berbanding terbalik dengan situasi Pilgub DKI Jakarta yang saat itu memperoleh tingkat partisipasi publik hingga 67 persen," katanya.
Menurut dia, masyarakat Kota Bekasi cenderung aktif mengakses informasi dari berbagai media khususnya internet mengingat Bekasi dekat dengan Ibukota.
"Masyarakat Bekasi cenderung 'melek' informasi. Jadi, kecil kemungkinan minimnya peserta akibat sosialisasi yang kurang," ujarnya.
Dikatakan Hanggoro, kelima pasang calon masing-masing Shalih Mangara Sitompul-Anwar Anshori Mahdum (Salam), Sumiyati Mochtar Mohamad-Anim Imamuddin (SM2 Anim), Dadang
Mulyadi-Lucky Hakim (Dalu), Rahmat Effendi-Ahmad Syaikhu (Pas), dan Awing Asmawi-Andi Zabidi (Azib) kurang diminati warga.
"Promosi program mereka selama kampanye kurang mengena di masyarakat," ujarnya.