Senin 17 Dec 2012 16:59 WIB

Membelot, Jendral Abbas: Assad Perintahkan Bunuhi Demonstran Sipil

Rep: hannan putra/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Bocah-bocah Suriah yang turut mengungsi dengan keluarga mereka di salah satu kamp pengungsi di perbatasan Suriah-Turki.
Foto: AP Photo/Muhammed Muheisen
Bocah-bocah Suriah yang turut mengungsi dengan keluarga mereka di salah satu kamp pengungsi di perbatasan Suriah-Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Seorang komandan militer Suriah yang dulu pro-Presiden Bashar Assad, Kolonel Enad al-Abbas dikabarkan telah membelot dari pasukannya. Sikapnya didasarkan pengakuannya yang tak tahan dengan instruksi dari presiden Assad untuk menindas dan membunuh rakyatnya.

Usai keluar dari militer, ia pun mengungkap ihwal kebiadaban militer Suriah serta alasannya yang memilih untuk menjadi pemberontak. “Presiden Suriah Bashar Assad secara pribadi telah memberikan perintah langsung untuk melakukan tindakan penindasan kepada para demonstran dan sipil dalam bentuk apa pun,  termasuk pembunuhan,” ungkap Abbas seperti dilansir Alarabiya.net (17/12).

Sebelumnya, Abbas sebagai komandan militer ditugaskan di kementerian dalam negeri. Ia bertugas menulis laporan berdasarkan data yang dikumpulkan markas kepolisian di 14 wilayah dan provinsi. Laporan yang ia buat selanjutnya disampaikan ke kantor pribadi Presiden Assad lewat tengah malam setiap harinya.

Setelah itu, laporan yang dikirimnya akan mendapatkan komentar dari Assad dan diteruskan ke kementrian dalam negri pada pukul tiga dini hari. Suatu kali, pada bulan Juli 2012 lalu komentar Assad tersebut menginstruksikan untuk menindas para demonstran dengan segala cara.

Kepala kepolisian di seluruh Suriah menanyakan lebih lanjut tentang makna komentar dan instruksi dari Presiden Assad yang mengatakan ‘melawan demonstran dengan segala cara’. Menteri Dalam Negeri Suriah, Mohammad Ibrahim al-Shaar menerangkan makna instruksi tersebut yang berarti menindak warga sipil yang menentang termasuk dengan cara pembunuhan.

Saat itu, Abbas sedang bertugas di kota Salamiyeh, sebuah kabupaten yang terletak di bagian barat Suriah. Ia yang sedang berada di Kantor Gubernur provinsi Hama merasa kaget dengan instruksi tersebut. Namun walaupun hatinya berontak, ia tidak punya pilihan selain terpaksa mengikuti instruksi atasannya.

Abbas yang akhirnya memilih untuk melepaskan jabatan militernya mengaku terenyuh dengan masa depan negaranya. Dengan berlinang air mata ia mengungkapkan duka citanya terhadap korban warga sipil yang menjadi korban kebiadaban rezim Presiden Assad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement