REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ismatillah A Nu’ad
Menurut keyakinan Suku Maya, sistem kalender atau penanggalan mereka akan berakhir pada 12-12-2012. Dengan demikian, tak akan ada hari lagi setelahnya, kecuali Hari Akhir atau Kiamat. Hanya Allah Yang Mahatahu segalanya (wallahu ‘alam). Lalu, bagaimana sikap kita menghadapi isu “Kiamat 2012” yang diprediksi Suku Maya akan jatuh pada 21 Desember itu?
Bagi kita umat beragama, tentu memiliki pegangan. Seperti bahwa Allahlah yang sesungguhnya Mahakuasa dan Mahatahu perihal kapan datang Hari Kiamat. Ada dalil dalam Alquran, misalnya menyebut, “Yas’aluunaka ‘ani al-Sya’ah ayyaana mursaaha, qul innama ‘ilmuhaa ‘indallahi” (al-‘Araf : 187). Ayat ini berarti, “Tiadalah satu pun dari makhluk Allah yang mengetahui secara persis perihal kapan datang Hari Kiamat, kecuali hanya Allah saja.”
Memang, banyak penjelasan dari dalil-dalil hadis Nabi Muhammad, baik yang sahih maupun yang dianggap lemah (dhaif) mengenai ciri-ciri akan datangnya Hari Kiamat. Namun sekali lagi, Nabi pun tak mengetahui secara persis tanggal, tahun, apalagi jam dan seterusnya. Karena sekali lagi, yang tahu persis hanyalah Allah semata.
Misalnya, hadis Nabi yang sahih menyebut bahwa akan datangnya Kiamat dicirikan dengan, pertama, jika kesombongan sudah menjadi panglima. Orang kaya berlomba-lomba dengan kesombongannya, membangun rumah-rumah bertingkat, gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi nyaris mengenai angkasa.
Ciri kedua, jika sudah banyak seorang anak yang menjadikan ibunya yang sudah tua seperti babu atau pembantu. Ciri ketiga, ditariknya ilmu agama oleh Allah, banyaknya ulama yang meninggal, dan sebaliknya merebaknya kebodohan, mengaku orang pintar sebenarnya orang bodoh.
Selain itu, ciri-ciri yang lainnya dari hadis Nabi menyebutkan, gerbang dari penjara Ya’juj dan Ma’juj semakin menipis sehingga akan dengan sangat mudahlah kedua makhluk itu menjebolnya. Ya’juj dan Ma’juj bukanlah makhluk mitologis. Ia diyakini keberadaannya secara gaib bukan hanya oleh umat Islam, melainkan juga dikenal dalam kitab-kitab perjanjian lama yang disebut juga Gog and Magog.
Dua makhluk yang digambarkan, satu kecil-kecil laksana kurcaci yang dapat berlari kencang lagi rakus, sementara yang kedua besar-besar laksana raksasa, tetapi memiliki bentuk tubuh yang tidak proporsional alias banyak cacat dan juga rakus. Kedua makhluk itu akan menyerbu alam dunia bak air bah dengan sangat cepat dan menghabiskan segala persediaan makanan dan minuman yang ada hingga umat manusia terkena krisis pangan yang akut. Akibatnya, kelaparan pun terjadi di mana-mana serta kematian akibat kelaparan tak dapat dielakan.
Ciri-ciri akan datangnya kiamat dalam hadis Nabi lainnya menyebut kisah kedatangan Dajjal. Makhluk dari keturunan anak cucu Adam yang memfitnah umat manusia dengan fitnah yang besar sehingga dijuluki al-kadzaab. Fitnah Dajjal akan memorak-porandakan kehidupan umat manusia hingga saling membunuh dan seterusnya.
Fitnah Dajjal disebutkan, bahkan bisa menempatkan manusia laksana Tuhan sekalipun. Dajjal pun memfitnah bahwa dia bisa menghidupkan sesuatu dari yang mati. Pendeknya, sebuah fitnah besar yang membuat kehidupan umat manusia menjadi kolaps. Sebetulnya, yang paling substantif bagi kita umat beragama dalam menghadapi isu “Kiamat 2012” adalah mempertanyakan sudah sejauh mana tingkah-polah laku kita selama hidup di dunia ini? Apakah sudah sesuai dengan anjuran-anjuran agama di mana kita berpihak pada kebaikan dan menjauhkan diri dari sifat-perbuatan buruk?
Sudah berapa banyakkah tabungan amal kebaikan kita untuk kehidupan di akhirat nanti, atau malah sebaliknya, begitu banyak keburukan yang telah kita perbuat? Jika kita telah merasa bahwa sudah banyak amalan baik yang kita tabung untuk kehidupan akhirat, tak perlulah takut dan khawatir perihal kapan Hari Kiamat itu akan datang.
Dalam Alquran diterangkan mengenai dahsyatnya Hari Kiamat. “Bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, perut bumi dikeluarkan, dan manusia bertanya: ‘Mengapa bumi begini?’. Pada hari itu manusia yang telah mati keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.” (al-Zalzalah: 1-8).
Disebutkan pula, “Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) supaya tiap-tiap diri kita dibalas dengan apa yang kita usahakan (Thahaa: 20)." Maksudnya, segala amalan atau perbuatan baik dan buruk akan dibalas oleh Tuhan.
Ganjaran dari amal baik dan hukuman bagi amal buruk adalah nyata adanya. Semua akan bisa dilihat setelah dunia ini berakhir dan umat manusia digiring ke alam Barzakh untuk diperlihatkan tentang amalan-amalannya, yang selama ini telah tercatat di Lauh al-Mahfuzh.
Penulis: Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan, Universitas Paramadina, Jakarta