REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa tak mengenal tempe? Makanan khas masyarakat Indonesia ini tak hanya mudah diperoleh tapi juga bergizi tinggi.
Tingkat konsumsinya yang tinggi menjadikan industri penghasil tempe menjamur di pelosok tanah air, khususnya di Pulau Jawa.
Industri makanan berbahan baku kedelai ini, sering diidentik dengan industri rumahan yang jauh dari kelayakan infrastruktur, fasilitas, serta proses produksi yang higienis.
Hal ini memunculkan imej tempe sebagai makanan murah, berkualitas rendah dan konsumsi rakyat kelas bawah.
“Hal ini lah yang mendorong para pelaku di industri tempe nasional untuk menggagas pendirian Rumah Tempe Indonesia (RTI),” kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (GAKOPTINDO), Aip Syarifuddin.
Pelaku utama RTI ini, lanjutnya, terdiri dari koperasi pengrajin tempe, sejumlah organisasi nirlaba dan di dukung oleh perusahaan importir kedelai,
Ia kembali mengingatkan, berdasarkan sejumlah penelitian tempe merupakan makanan yang sarat gizi tinggi. "Bahkan sejumlah negara melakukan penelitian untuk membuat standarisasi produksi tempe yang menghasilkan tempe berkualitas sesuai standar kesehatan dan nilai gizi," kata Aip.
Kerjasama dan dukungan dari para pelaku aktif di industri tempe, menurutnya merupakan satu langkah positif untuk menciptakan industri tempe nasional yang berkualitas dan berstandar internasional.
“Pastinya membanggakan kalau pengrajin tempe Indonesia sudah mampu memproduksi tempe dengan standar internasional,” jelasnya.
Sementara, Ketua Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor, Sukhaeri, SP., berharap RTI menjadi pioner yang dapat menularkan ide ini ke seluruh Indonesia.
"Semoga pendirian RTI dapat menjadi contoh bagi para pengrajin tempe tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia," tutupnya.