REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tempe kerap identik dengan makanan kelas bawah. Bahkan istilah tempe sering disematkan kepada orang yang mudah putus asa dengan istilah mental tempe. Tapi karena Tempe, setiap hari beredar uang sebesar 1 Miliar rupiah di sebuah kampung.
Kampung Sanan, yang terletak di kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang Jawa Timur, adalah kampung tempat dimana peredaran uang mencapai satu miliar setiap harinya karena 90 persen warganya menggeluti usaha tempe.
Tidak diketahui pasti kapan dimulainya industri tempe di kampung ini dimulai. Namun berdasarkan keterangan para sesepuh desa, sejak zaman penjajahan Belanda usaha Tempe telah dilakukan oleh penduduk pribumi.
Ivan Kuncoro, Kepala Rukun Warga 15 Kampung Sanan, menjelaskan, produksi Tempe di kampungnya sudah dilakukan dengan turun temurun.
"Saya sendiri sudah 25 tahun menggeluti produksi tempe. Kini di kampung ini ada 400 warga yang menggeluti produksi tempe, baik tempe mentah maupun kripik tempe dan semua yang berkaitan dengan tempe," kata dia.
Dalam satu hari dibutuhkan 30 ton kacang kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan produksi tempe di kampung ini.
"Tempe tersebut dibuat aneka kuliner, sementara limbahnya berupa ampas tempe dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi, yang dikelola oleh penduduk kampung Sanan ini. Sehingga jika dihitung total uang beredar dari industri ini sebesar 1 miliar rupiah," ujarnya.
Namun sayang, ia mengatakan, kebutuhan kacang kedelai untuk produksi Tempe yang mencapai 30 ton per hari dari impor.
"Sudah lama kebutuhan kedelai kita di impor dari Amerika karena kedelai lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut," terang Ivan.
Selain itu juga ia mengatakan harga kedelai impor jauh lebih murah. "Untuk kedelai lokal satu kilogram paling kurang 15 ribu rupiah, sedangkan asal Amerika serikat dibawah 10 ribu rupiah," ujarnya.
Tempe produksi Kampung Sanan tidak hanya beredar di kota Malang dan beberapa kota tanah air. Tapi juga telah tembus ke negara lain.
"Sejak tahun 2014 kita dipercaya melayani jemaah Haji untuk mengirim tempe balado sebanyak 25 ton. Selain itu kita juga mengirim tempe kaleng ke Inggris" demikian Ivan.
Tempe walau dikenal sebagai makanan rakyat, jika dikelola dan ditekuni dengan serius mampu menggerakan ekonomi rakyat. Warga Kampung Sanan hampir semua tidak ada yang mencari pekerjaan diluar kampungnya. Karena Tempe mampu menciptakan lapangan pekerjaan dari berbagai lapisan masyarakat.