REPUBLIKA.CO.ID, Di bagian interior, ada sinergi antara konsep modern dan tradisional.
Semilir angin senja disertai rintik hujan membasahi pelataran Masjid Al Mi'raj di kawasan rest area kilometer 97 Tol Cipularang, Jawa Barat.
Dari ruang shalat wanita, terlihat kabut putih mulai menutupi badan Gunung Hejo dan persawahan yang menghampar di sisi barat laut masjid.
Angin dingin mulai menusuk kulit. Tak terganggu oleh hawa dingin itu, belasan jamaah tetap khusyuk dalam shalat mereka.
Di masjid ini, jamaah perempuan dan lelaki hanya dipisahkan oleh sebuah partisi. Partisi besi itu kemudian ditutupi dengan kain besar.
Ruang shalat jamaah pria berada di bawah kubah utama masjid. Sementara, ruang ibadah jamaah perempuan berada di sisi kubah kedua yang bersinggungan langsung dengan udara luar.
Alhasil, ketika berada di dalam masjid ini, para jamaah pria tak bisa langsung menikmati keindahan di luar masjid. Meski demikian, secara umum, pesona keindahan alam ini telah berpadu dengan keelokan Masjid Al Mi'raj.
Bagi pengendara mobil dari arah Bandung yang menggunakan Tol Cipularang, masjid ini berada di rest area pertama, tepatnya di kilometer 97. Konon, kawasan Tol Cipularang kilometer 90-97 menyimpan banyak misteri.
Sebagian orang bahkan menyebutnya sebagai kilometer maut lantaran seringnya kecelakaan yang terjadi di kawasan ini. Salah satunya dialami pedangdut Syaiful Jamil. Tahun lalu, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan istrinya tewas di tempat.
''Hadirnya masjid ini kami harapkan bisa memupus klenik-klenik tadi,'' kata Sutria Deradjat, manajer Masjid Al Mi'raj.
Pemilihan nama Al Mi'raj pun, kata dia, dapat pula diartikan sebagai upaya memupus pemahaman klenik tadi. ''Nama Al Mi'raj bisa diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan secara spiritual maupun ekonomi.''
arsitektur masjid, masjid mi'raj
Masjid Al Mi'raj, Miniatur Nabawi di Tol Cipularang (2)
Daya pikat utama Masjid Al Mi'raj adalah kubahnya yang memendarkan warna keemasan.
Namun, tak seperti Masjid Dian Al Mahri, Depok, yang kubahnya dilapisi emas 18 karat, kubah Masjid Al Mi'raj tak ditaburi emas.
Walau tak berlapis logam mulia itu, kilau kubah Masjid Al Mi'raj tetap sangat memukau. Pada malam hari, kilau kekuningan kubah itu terlihat sangat indah.
Keelokan itu terasa sempurna, lantaran kubah masjid ini tak hanya satu, melainkan dua sekaligus. Begitu pun menara. Masjid dengan luas bangunan 450 meter persegi ini memiliki dua menara.
Bentuk kubah dan menara itu, lanjut Sutria, terinspirasi dari bentuk kubah dan menara Masjid Nabawi di Madinah. ''Itulah yang saya dengar dari perancangnya yang ingin memindahkan miniatur Nabawi ke sini,'' ujarnya.
Agaknya tak sia-sia upaya sang perancang untuk menghadirkan Nabawi di tol Cipularang. Setidaknya, masjid yang berdiri di atas lahan seluas enam hektare ini berhasil memikat para pengendara mobil di Tol Cipularang untuk singgah dan beribadah di dalamnya.
''Saya senang dengan tempat ini,'' tulis Noprita Stella Zondag, salah satu pengunjung pada fanpage Masjid Al Mi'raj.
Tak hanya memikat dari luar, masjid yang diresmikan pada 9 Maret 2011 ini juga memesona ketika dinikmati dari bagian dalam (interior). Masjid yang didesain hanya satu lantai ini terasa lapang dan sejuk.
Sirkulasi udara bergerak leluasa. Selain dari ruang shalat wanita yang dibiarkan terbuka ke alam bebas, aliran udara juga menerobos dari lubang-lubang segi enam yang mengelilingi sebagian pintu masuk utama.
Walau konsep utama masjid ini adalah masjid modern, di bagian interior tetap ada sinergi dengan konsep masjid tradisional. Bentuk sinergi ini tampak dari hadirnya empat tiang besar yang menyangga kubah. Masjid dengan empat tiang penyangga, yang disebut sebagai sakaguru, dipelopori oleh Masjid Agung Demak.
Ikuti Whatsapp Channel Republika