REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Pihak gerilyawan di Republik Afrika Tengah mengatakan mereka menghentikan serangan ke ibu kota pada Rabu (2/1). Mereka dan setuju untuk memulai pembicaraan perdamaian, sehingga menghindari bentrokan dengan tentara yang didukung secara regional di negara itu.
Gerilyawan Seleka telah mendesak sampai ke jarak serang dari Bangui. Mereka melakukan serangan gencar selama tiga pekan dan mengancam akan menggulingkan Presiden Francois Bozize. Gerilyawan menuduh dia mengkhianati kesepakatan perdamaian terdahulu serta menindas pembangkang.
Pengumuman gerilyawan pada Rabu itu hanya memberi pemimpin Republik Afrika Tengah (CAR) sedikit rasa lega sebab petempur memberitahu Reuters, mereka mungkin mendesak penggulingannya dalam perundingan.
"Saya telah meminta pasukan kami agar tidak memindahkan posisi mereka mulai hari ini sebab kami ingin memasuki pembicaraan di (Ibu Kota Gabon) Libreville bagi penyelesaian politik," kata Juru Bicara Seleka, Eric Massi, yang berbicara melalui telepon dari Paris.
"Saya melakukan pembahasan dengan mitra kami untuk tampil dengan usul guna mengakhiri krisis, tapi satu penyelesaian dapat menjadi peralihan politik yang tak menyertakan Bozize," ia menambahkan.
CAR tetap sangat terbelakang kendati memiliki banyak simpanan emas dan mineral lain. Kelompok energi nuklir Prancis, Areva, menambang uranium di Bakouma, CAR selatan. Potensi ini menjadi daya tarik komersial paling besar Prancis di bekas koloninya itu.