Jumat 04 Jan 2013 13:59 WIB

Bos Google Kunjungi Korut, AS Sewot

Kantor Pusat Google di Mountain View, California.
Foto: Paul Sakuma/AP
Kantor Pusat Google di Mountain View, California.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Amerika Serikat pada Kamis mengkritik rencana kunjungan kepala Google Eric Schmidt ke Korea Utara, yang dianggap tidak pada waktu yang tepat setelah insiden peluncuran roket oleh Pyongyang bulan lalu yang menuai kecaman luas.

Schmidt --pemimpin perusahaan yang memiliki moto tak resmi "Don't Be Evil"-- itu berencana mengunjungi Korut bersama mantan gubernur New Meksiko Bill Richardson, sosok yang kerap memecahkan masalah berkaitan dengan Korea Utara.

Richardson sudah pernah berkunjung ke Korut beberapa kali dalam 20 tahun terakhir ini dan terlibat dalam negosiasi pembebasan warga-warga AS yang ditahan di negara tersebut.

Kabar soal kunjungan, yang digambarkan sebagai lawatan "pribadi" oleh Washington maupun Seoul, itu muncul beberapa pekan setelah Pyongyang membenarkan bahwa pihaknya menahan seorang warga negara AS keturunan Korea dan mengatakan warga AS itu akan diadili atas kejahatan-kejahatan yang tidak disebutkan secara rinci.

Pada masa sebelumnya, Pyongyang sepakat untuk menyerahkan warga AS yang ditahan kepada tokoh-tokoh penting seperti mantan presiden AS Bill Clinton. Sejumlah pengamat beranggapan bahwa kali ini partisipasi Schmidt akan diperlukan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, secara jelas menyampaikan sikap Washington yang kurang antusias terhadap misi kunjungan dan mengatakan kepada para wartawan bahwa Schmidt dan Richardson "sudah tahu" tentang hal itu.

Pyongyang membela diri dengan mengatakan bahwa peluncuran yang dilakukan pihaknya murni merupakan misi ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk menempatkan satelit di luar angkasa.

Namun, masyarakat internasional melihatnya sebagai uji coba peluru kendali balistik yang dilarang berdasarkan resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Nuland mengatakan Schmidt dan Richardson akan berangkat dalam "kapasitas tidak resmi".

"Mereka tidak membawa pesan apapun dari kami," tambahnya.

Ketika ditanya apakah kedua tokoh itu telah diberi tahu soal keberatan Washington menyangkut waktu yang tidak pas, Nuland menjawab, "Mereka sudah sangat tahu pandangan kami seperti apa."

Sejauh ini, pihak Google menolak untuk secara resmi membenarkan adanya rencana kunjungan tersebut.

Seorang staf Richardson mengatakan kepada AFP bahwa ia akan berada di luar negeri sampai Jumat dan tidak dapat memberikan komentar.

Kunjungan terakhir yang dilakukan Richardson ke Pyongyang adalah pada tahun 2010 ketika ia bertemu dengan kepala perunding nuklir Korut dalam upaya untuk menurunkan ketegangan setelah Korut melakukan peledakan di sebuah pulau di perbatasan dengan Korea Selatan.

Warga AS yang ditahan pada November lalu, Pae Jun-Ho, memasuki wilayah Korea Utara sebagai pelancong, demikian menurut kantor berita Korea Utara (KCNA), yang mengatakan Pae telah mengaku melakukan kejahatan terhadap Korut.

Sebagian warga Korea Utara terisolir dari berita luar negeri maupun sumber-sumber informasi.

Kebanyakan warga tidak memiliki akses terhadap komputer, apa lagi Internet.

Google menempatkan kegiatannya di negara tetangga Korut, China, dan sekian lama harus berjuang menghadapi masalah sensor oleh pemerintah.

Pada tahun 2010, Google secara efektif mematikan jaringan mesin pencarinya di China dan memindahkan para pengguna ke situs di Hong Kong --yang tidak disensor.

Ketika ditanya bagaimana perasaan AS melihat Google membantu Korut membangun prasarana Internetnya, Nuland mengingatkan bahwa semua perusahaan AS terkena aturan untuk memberikan sanksi ekonomi yang saat ini diberlakukan kepada Korea Utara.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement