Kamis 10 Jan 2013 19:49 WIB

Investasi Asing di Indonesia Meningkat

Rep: Friska Yolandha/ Red: Chairul Akhmad
Pemaparan Indonesia Investment Outlook 2012 di Jakarta beberapa waktu lalu (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Pemaparan Indonesia Investment Outlook 2012 di Jakarta beberapa waktu lalu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas investasi domestik dan asing sepanjang 2012 mengalami peningkatan yang signifikan.

Investasi asing mengalami tren kenaikan mencapai 6,3 triliun dolar AS pada triwulan III. 

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan sejak 2011 tren investasi asing terus mengalami peningkatan. "Sebelum 2010 investasi asing tidak jelas arahnya," ujar Purbaya dalam pemaparan Danareksa Investment Outlook 2013 di Jakarta, Kamis (10/1).

Pada periode Januari hingga September 2012 investasi asing didominasi oleh sektor sekunder, terutama sektor industri manufaktur, yaitu sebesar 47,1 persen. Di sektor ini biasanya asing membutuhkan investasi besar untuk pembangunan pabrik. Sisanya didukung oleh sektor primer (28,4 persen) dan tersier (24,5 persen).

Gejala ini menurut Purbaya menunjukkan prospek peningkatan produktivitas. Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar lokal maupun pasar global. 

Tingginya investasi telah meningkatkan permintaan akan barang modal. Kenaikan impor, terutama barang modal, menunjukkan indikasi ekonomi Indonesia sedang meningkatkan produktivitasnya. Meskipun rasio barang modal hanya 19 persen dari total impor, trennya sepanjang 2012 terus mengalami kenaikan.

Hingga November 2012 impor bahan mentah mencapai 74 persen dari total impor. Sisanya impor barang konsumsi sebesar 7 persen.

Permintaan domestik yang sangat kuat telah memicu kenaikan impor. Sedangkan kondisi global yang lesu membuat ekspor Indonesia tertekan. Akibatnya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan, terutama pada April hingga Juli 2012 dan Oktober hingga November 2012.

Total ekspor Indonesia hingga November 2012 mencapai 174,76 triliun dolar AS. Sedangkan impor sebesar 176,09 triliun dolar AS. Ketimpangan ekspor-impor ini mengakibatkan defisit neraca transaksi berjalan. "Hal ini menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan," tutur Purbaya.

Defisit neraca transaksi berjalan di Indonesia bukan untuk pertama kalinya terjadi. Purbaya menjelaskan Indonesia pernah mengalami hal tersebut pada 1981 hingga 1997. Ketika itu perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju yang sangat tinggi.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement