REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU---Pelatih karate dari Federasi Olahraga Karate-DO Indonesia (Forki) Riau, Efridel mengatakan, aparat polisi yang mengalami kegendutan tidak lagi efektif dalam bela diri dan berpotensi kalah bertarung dengan penjahat.
"Biasanya kalau sudah kegendutan, baiknya memang dilakukan penurunan berat badan agar lebih efektif bertarung melawan penjahat," kata Efridel di Pekanbaru.
Pernyataan Efridel merupakan tanggapan atas banyaknya polisi yang bertugas di Pekanbaru mengalami masalah kegendutan.
Data Polresta Pekanbaru menyebutkan, ada sebanyak 275 personel polisi bahkan lebih 50 diantaranya adalah perwira menengah yang dinilai mengalami kelebihan berat badan alias gendut.
Sebagai akibatnya, mereka diwajibkan mengikuti Program Penurunan Berat Badan (PBB) dengan berolahraga di bawah terik matahari untuk membentuk fisik yang ideal.
Mereka yang mengikuti PBB terbagi menjadi tiga kategori, mulai dari yang berusia di atas 50 tahun dengan rekam jejak medis kurang baik, kemudian anggota yang berusia 50 tahun dan berbadan sehat.
Kategori lainnya adalah anggota yang berusia di bawah 50 tahun, namun dengan kondisi fisik yang kurang ideal atau gendut.
"Saya sangat setuju, aparat yang mengalami kegendutan sebaiknya memang melakukan upaya penurunan berat badan hingga mencapai fisik yang ideal," katanya.
Karena menurut dia, polisi sebagai aparat penegak hukum harus memiliki postur tubuh yang ideal agar mampu bertarung dengan baik melawan penjahat.
"Kalau sudah gendut, tentunya akan mempengaruhi fisik saat bertarung. Menendang pun akan susah. Dan berlari pun bisa-bisa kalah dengan penjahat yang dikejarnya," kata dia.
Bahkan, kata dia, salah satu ilmu beladiri karate yakni memiting lawan juga akan sulit dilakukan oleh aparat yang mengalami kegendutan.
"Jadi, memang idealnya polisi jangan sampai mengalami kegendutan. Terlebih yang masih aktif di lapangan dalam upaya penegakan hukum," katanya.