Senin 14 Jan 2013 12:17 WIB

Inggris dan AS Dukung Prancis Serang Mali

Rep: Nur Aini/ Red: Hazliansyah
Militer pemerintah Mali saat menggelar operasi penumpasan pemberontak.
Foto: AP Photo
Militer pemerintah Mali saat menggelar operasi penumpasan pemberontak.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius mengatakan Amerika Serikat dan Inggris mendukung intervensi politik Prancis di Mali menyusul kekerasan di negara Afrika Barat tersebut.

"Kami didukung Amerika untuk komunikasi dan transportasi, " kata dia seperti dikutip PressTV, Senin (14/1).

Fabius menambahkan, Inggris, Denmark, dan negara Eropa lainnya juga mendukung intervensi militer Prancis di Mali. Pernyataan itu datang setelah sehari sebelumnya Washington menawarkan pesawat tanpa awak ke Mali untuk mendukung gerakan anti oposisi di negara Afrika tersebut.

Komandan AS kemudian mempertimbangkan pilihan lain seperti menyediakan intelijen dan tanker bahan bakar untuk pesawat udara. Mereka juga akan menyediakan cadangan logistik dan meningkatkan informasi intelijen.

Perdana Menteri Inggris juga menyatakan telah setuju mengirimkan pesawat untuk membawa para tentara. Jet tempur dan pesawat perang Prancis telah terbang ke kota utara Gao yang dikuasai pihak oposisi Mali.

Menteri Pertahanan Prancis mengatakan jet tempur Prancis telah mengidentifikasi dan menghancurkan sejumlah target di utara Mali dekat Gao pada Ahad (13/1). Mereka menghancurkan camp pelatihan, infrastruktur, depot logistik yang membantu pihak oposisi.

Menurut penduduk Gao, bandara menjadi salah satu target serangan udara. Jumat lalu, Tentara Mali mengatakan telah memukul mundur para oposisi dari kota Konna setelah Prancis menyerang lewat udara.

Kerusuhan meletus di Mali setelah Presiden Amadou Toumani Toure digulingkan dalam kudeta militer pada 22 Maret 2012. Pemerintah gagal mencegah pemberontakan dari Tuareg yang berada di bagian utara negara tersebut. Bentrokan telah terjadi selama dua bulan terakhir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement