REPUBLIKA.CO.ID, SIDNEY -- Maskapai penerbangan Australia, Qantas membatalkan pesanan satu dari 15 pesawat Boeing 787-8 Dreamliner. Namun, Qantas membantah pembatalan tersebut terkait dengan masalah baru pada pesawat tersebut.
"Perjanjian kami fleksibel untuk membatalkan pesanan, kami dapat menggantinya dengan 50 pilihan lainnya dan dengan melihat kondisi pasar pada saat itu, " ungkap CEO Qantas, Alan Joyce, seperti dikutip PressTV, Jumat (18/1).
Meski demikian, maskapai terbesar di Australia tersebut masih mengharapkan 14 Boeing sesuai pesanan. Pada Rabu lalu, perusahaan penerbangan tersebut mengaku tidak akan mengubah jumlah pesanan, 15 pesawat Dreamliner.
Pada Kamis kemarin, maskapai penerbangan berteknologi canggih Boeing 787 Dreamliner dinyatakan bermasalah dengan keamanan penerbangan. Otoritas Keamanan penerbangan AS, Federal Aviation Administration (FAA) menyatakan 50 pesawat Boeing 787 akan dikandangkan sampai masalah tersebut selesai.
"Karena insiden baterai pada penerbangan Boeing 787 di Jepang, FAA mengeluarkan instruksi kelayakan darurat untuk mengatasi risiko kebakaran baterai dan memerintahkan operator untuk berhenti operasi untuk sementara waktu," ungkap pernyataan dari FAA.
Maskapai penerbangan Jepang, Nippon Airways (ANA) dan Japan Airlines menghentikan penerbangan dari semua armada Dreamliner pada Rabu pekan ini menyusul pendaratan darurat ANA Boeing 787 Dreamliner dengan lebih 130 orang di dalamnya.
Boeing 787 digoyang rumor buruk pekan ini mulai dari potensi kebakaran, kebocoran bahan bakar, kesalahan komputer rem, hingga kerusakan jendela kokpit. Rumor ini memperburuk citra armada baru tersebut.