REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Jumlah korban tewas dalam kerusuhan vonis suporter sepak bola Mesir menjadi 30 orang di Port Said. Kerusuhan terjadi setelah 21 orang divonis mati karena dinyatakan bersalah dalam bentrokan suporter sepakbola yang menewaskan 74 orang Februari tahun lalu.
Para suporter menyerang polisi dan mencoba menghalagi terpidana dibawa ke penjara. Lembaga Pertahanan Nasional Mesir yang dikepalai Presiden Muhammad Mursi mengecam kerusuhan tersebut dan menawarkan dialog. Mereka juga mempertimbangkan pemberlakuan jam malam jika dianggap perlu.
Seluruh terpidana mati yang divonis pada Sabtu (26/1) waktu setempat merupakan suporter klub sepak bola Port Said, al-Masry. Suporter lainnya yang tidak terima atas putusan itu memprotes pengadilan.
Dua polisi tertembak mati di luar penjara kota, sementara gedung kepolisian dibakar. Sedikitnya 300 orang ikut terluka dalam bentrokan tersebut.
BBC melaporkan dua pemain sepak bola ikut tewas dalam kerusuhan tersebut. Mereka adalah mantan kiper al-Masri, Tamir al-Fahlah, dan Muhammad al-Dadhawi, pemain divisi rendah di klub sepak bola Port Said.
Kerusuhan terus berlangsung meski militer sudah dikerahkan. Sementara itu, kerusuhan juga pecah di Kairo antara polisi dan pengunjuk rasa. Polisi menembakkan gas air mata untuk mencegah pengunjuk rasa masuk ke gedung Kementerian Dalam Negeri.