REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ribuan TKI yang bermasalah di Malaysia, memilih bertahan di Negeri Jiran ketimbang pulang ke Indonesia tetapi menjadi pengangguran.
Mereka beralasan, akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan jika bertahan di Malaysia ketimbang harus menjadi pengangguran di kampung halamannya.
"Mereka yang tidak memiliki paspor atau visa masuk ke Malaysia, terpaksa harus 'menyemut' di Kedubes RI di Kuala Lumpur untuk mengurus paspornya agar bisa mendapatkan pekerjaan di Malaysia," kata Dubes RI untuk Malaysia Herman Prayitno di Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (27/1).
Dubes Herman Prayitno mengemukakan fenomena TKI tersebut ketika menerima Ketua Forum Komunikasi Tenaga Kerja (ForkomNaker) Nusa Tenggara Timur, Yoseph Ariyanto Tef'lopo Lu untuk membahas rencana pemulangan 82 tenaga kerja wanita (TKW) asal NTT yang ditahan pihak imigrasi Malaysia sejak 3 Desember 2012.
Para TKW asal NTT ini direlokasi di sebuah lokasi penampungan sementara (shelter) imigrasi di Kuala Lumpur, karena sebagian dari mereka masih di bawah umur. Sehingga dinilai tak pantas untuk dijadikan sebagai tenaga kerja rumah tangga di negeri serumpun melayu itu.
Persoalan yang dihadapi para TKW asal NTT ini sudah dituntaskan semuanya oleh pihak Kedubes RI untuk Malaysia bersama pihak imigrasi negara itu. Para TKW itu akan dipulangkan ke Indonesia, Senin (28/1), dan akan diantar langsung Dubes Herman Prayitno didampingi Ketua ForkomNaker NTT Yoseph Ariyanto Tef'lopo Lu.