REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) diperkirakan tak akan mencapai target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2013. Dari target 31,7 miliar dolar AS, diperkirakan hanya akan terealisasi 27,9 miliar hingga 29,5 miliar dolar AS.
Hal ini diutarakan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Migas (SKK Migas) Rudi Rubiandini saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (30/1). "Produksi migas yang tak sesuai target menjadi penyebab," tegasnya.
Pada 2013, produksi minyak hanya berada di kisaran 830 ribu hingga 850 ribu barel per hari (bph), sedangkan gas sebesar 6.939 juta kaki kubik (MMSCFD). Ini membuat produksi migas nasional hanya berada di kisaran 2,07 juta hingga 2,09 juta bph.
Padahal target produksi minyak sesuai APBN 2013 adalah sebesar 900 ribu bph, sedangkan gas 7.890 MMSCFD. Secara keseluruhan produksi migas dalam APBN 2013 dipatok sebesar 2,26 juta bph.
Rudi pun mengatakan produksi ini sudah maksimal. Tak ada operasi blok migas yang bisa menggenjot produksi juga menjadi alasan lain. Menurutnya target produksi migas sesuai APBN 2013 baru bisa terealisasi 2014. Blok Cepu yang mulai menghasilkan dipastikan memberi sumbangan signifikan.
Dari data SKK Migas, produksi minyak per 27 Januari 2013 mencapai 828.300 bph. Sedangkan produksi gas bumi sebanyak 8,15 juta MMSCFD.
Sementara itu, di tahun ini, SKK Migas menargetkan penurunan produksi minyak (decline rate) sebesar nol persen. Titik terendah produksi minyak sepanjang 2013 dipatok pada level 830 ribu bph. "Ini menjadi target jangka pendek kita," tegas Rudi. Meski kini tetap menurun, ia mengatakan jumlahnya relatif berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya.