Kamis 31 Jan 2013 13:00 WIB

KPK: Penangkapan Luthfi Tidak Asal-asalan

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lutfi Hasan Ishaq digiring penyidik saat datang ke gedung KPK, Jakarta Kamis (31/1).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lutfi Hasan Ishaq digiring penyidik saat datang ke gedung KPK, Jakarta Kamis (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meyakini penetapan tersangka kasus daging impor, Luthfi Hasan Ishaaq, merupakan langkah tepat.

Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, menekankan penetapan tersangka LHI bukan hasil menduga-duga, melainkan kajian analisis.

Dia mengaku, terdapat dua alat bukti sebelum menetapkan presiden PKS itu sebagai tersangka. Alhasil pemeriksaan itu tidak dilakukan secara asal-asalan atau diskriminasi.

"Kami sudah mendeteksi dan membuat keputusan cepat karena melihat relasi hasil keyakinan keterlibatan dia," kata Bambang di gedung KPK, Kamis (31/1). 

Dia menegaskan, tidak ada diskriminasi penyidik dalam memperlakukan tersangka. Kalau memang LHI dijemput dan diperiksa setelah ditetapkan sebagai tersangka itu lantaran termasuk operasi tangkap tangan (OTT).

Sebagaimana diamanatkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), KPK memiliki otoritas memeriksa orang yang masuk lingkaran suap untuk diperiksa selama 1x24 jam.

Karena ingin mendapat keterangan sesegera mungkin dan melokalisasi kasus, kata Bambang, penyidik bergerak cepat menjemput LHI. "Jangan menebarkan syak wasangka. Prinsip kecepatan dalam OTT ini kita lakukan. Kalau tidak begitu, nanti kita disalahkan," ujarnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement